PRESIDEN INGIN BANGUN MESJID DI TIAP DESA

PRESIDEN INGIN BANGUN MESJID DI TIAP DESA

Presiden Soeharto berkeinginan membangun mesjid di setiap desa di Indonesia dan diharapkan bisa dilaksanakan serta selesai dalam tempo lima tahun mendatang.

Ketua Majelis Ulama Indonesia Jabar, KHEZ Muttaqien, mengemukakan keinginan Presiden itu Kamis malam ketika menguraikan arti hijrah pada saat menyambut abad XV H. dan Tahun Baru 1 Muharam 1403 H di gedung DPRD Jabar Bandung.

Dr. KHEZ Muttaqien mengatakan, Presiden Soeharto mengemukakan keinginannya itu alam berbagai kesempatan bertemu empat mata, dan menyuruhnya mengumpulkan gambar gambar mesjid yang kiranya cocok untuk dibangun ditiap desa itu.

Presiden juga mengatakan, kata Muttaqien, yayasan yang dipimpinnya dalam waktu singkat berhasil mengumpulkan dana sekitar tiga milyar rupiah dana itu kini disimpan bank dengan bunga sekitar 45 juta rupiah tiap bulan.

”Dengan pendapatan dari bunga simpanan itu, Presiden berkeinginan membangun satu mesjid tiap bulan, sehingga dalam tempo lima tahun seluruh desa di Indonesia sudah memiliki mesjid", kata Rektor Universitas Islam Bandung itu.

Tentang mesjid itu sendiri, Muttaqien berkeyakinan, sarana keagamaan ini diakhir abad ke 20 akan kembali menjadi pusat berbagai kegiatan, setelah masa keemasan ormas sebagai sarana berbagai pusat kegiatan menurun.

Keyakinannya itu didasarkan atas alasan karena mesjid tak mempunyai ciri apapun selain ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

"Karena itu, pada tempatnya pula kalau mesjid kita kembangkan bersama untuk membahas berbagai masalah, baik yang menyangkut keagamaan maupun tugas nasional", tambahnya.

Hadir pada kesempatan itu Gubernur Jawa Barat H.A. Kunaefi, Wagub Jabar Abung Kuslan, kepala Kanwil Departemen Agama, ketua dan para anggota DPRD Jabar, sejumlah alim ulama, ketua KNPI Jabar, serta undangan lainnya. (RA)

Bandung, Antara

Sumber : ANTARA (22/10/1983)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VII (1983-1984), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 382-383.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.