KITA HARUS PATUHI SEMUA KEPUTUSAN SIDANG OPEC
Presiden Soeharto:
Sebagai anggota yang taat, Indonesia harus mematuhi semua keputusan sidang OPEC di Jeneva pekan lalu, terutama mengenai ketentuan harga.
Petunjuk Presiden Soeharto tersebut disampaikan kepada Menteri Pertambangan dan Energi, Prof. Subroto di Bina Graha Senin kemarin. Menteri melaporkan kepada Presiden hasil-hasil sidang tetap OPEC di Jeneva pekan lalu.
Sidang di Jeneva itu telah mengambil dua keputusan penting. Pertama, memperbaiki harga pembanding (differential price) dari 1,50 dollar menjadi dua dollar per barrel dengan menurunkan harga minyak berat sebesar 50 sen dollar/barrel.
Keputusan kedua adalah, meningkatkan disiplin negara-negara anggota OPEC, terutama dalam memenuhi kuota masing-masing. Dengan demikian diharapkan harga minyak di pasaran lebih menguat lagi.
Produksi OPEC tertinggi terakhir sebesar 16 juta barrel sehari. Namun kuartal ke dua dan ke tiga, karena kelemahan pasaran, menurun menjadi di bawah 16 juta barrel.
Demikian pula produksi Indonesia. Pada bulan Juli produksi minyak nasional juga mengalami kesulitan pasaran sehingga kuota nasional menjadi 1,189 juta barrel sehari ditambah kondensat sebesar 140.000 barrel sehari.
Menguntungkan
Dengan perbaikan harga differential sebesar 50 sen dollar, menurut Subroto, diharapkan minyak berat (heavy crude) yang selama ini banyak yang tidak dipakai, bisa lebih laku meskipun tidak seluruhnya.
Bagi Indonesia sendiri, tambahnya, hal tersebut sebetulnya juga menguntungkan. Sebab kalau tidak, justru minyak Indonesia tidak laku.
“Jadi, dari segi kepentingan nasional, penyesuaian harga pembeda sebesar 50 sen dollar tersebut sesungguhnya menguntungkan minyak berat kita, terutama minyak Duri.”
Jenis minyak ini menurut menteri, sekarang sedang dikembangkan dan produksinya meningkat. Maka dengan harga yang baik tersebut diharapkan jenis Duri akan lebih laku di pasaran.
Kunjungan Kehormatan
Senin kemarin di Bina Graha, Presiden juga menerima kunjungan kehormatan Presiden Total Compagnie Francaise des Petroles, Francois Xavier Ortoli. Pimpinan tertinggi perusahaan minyak raksasa dari Paris itu didampingi Pejabat Sementara Dirut Pertamina, Ir. N Sutan Assin.
Total Coiripagnie Francaise des Petroles adalah induk perusahaan Total Indonesia yang beroperasi di lepas pantai Mahakam sejak tahun 1968 dalam rangka kontrak bagi hasil dengan Pertamina.
Kedatangan Francois Xavier Ortoli ini sehubungan dengan telah tercapainya tingkat produksi Total Indonesia 500 juta barrel dari lapangan Handil. Lapangan ini adalah lapangan ke dua yang diketemukan Total Indonesia di wilayah kerja lepas pantai Mahakam pada tahun 1974.
Total Indonesia telah membor lebih dari 230 sumur di lapangan Handil yang menurut perkiraan mengandung minyak dan gas bumi dengan isi awal masing-masing 1,5 milyar barrel dan dua trilyun kaki kubik.
Lapangan Handil termasuk salah satu penghasil minyak terbesar di Indonesia dan merupakan andalan utama yang telah menempatkan Total Indonesia pernah menjadi penghasil minyak terbesar kedua di Indonesia.
Pada saat ini lapangan Handil memproduksi rata-rata 150.000 barrel minyak sehari. Untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi lapangan Handil maka Total Indonesia dan Pertamina kini mulai mengembangkan produksi dengan teknik secondary recovery yakni dengan menginjeksikan air dan gas. (RA)
…
Jakarta, Kompas
Sumber : KOMPAS (30/07/85)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 173-175.