MELINDUNGI PRODUKSI DALAM NEGERI BUKAN BERARTI MEMBERI KEMAJUAN

MELINDUNGI PRODUKSI DALAM NEGERI BUKAN BERARTI MEMBERI KEMAJUAN

Presiden Soeharto menegaskan, telah menjadi tekad pemerintah untuk melindungi produksi dalam negeri, namun perlu ditegaskan, perlindungan itu tidak berarti memberi kemajuan, Industri dalam negeri harus berkembang, tumbuh dan membuktikan diri sanggup menghasilkan barang-barang yang bermutu dan dengan harga yang pantas.

Hal itu dinyatakan Kepala Negara dalam sambutannya pada upacara peresmian pembukaan Pameran Produksi Indonesia 1985 (PPI 85) di Lapangan Monas (Monumen Nasional), Jakarta Kamis pagi.

Dunia industri dan dunia usaha, kata Presiden, hendaknya menyadari, mereka adalah bagian dari milik nasional yang kemajuan juga diharapkan dapat disumbangkan sebesar-besarnya bagi kemajuan pembangunan nasional yang memberi kesejahteraan kepada masyarakat luas.

Di kalangan masyarakat sendiri, harus dihidupkan terus kecintaan terhadap produksi dalam negeri yang telah tiba saatnya lebih ditunjukkan lagi, karena kita telah mampu memproduksi barang-barang jenis dan mutunya tidak kalah jika dibandingkan dengan barang-barang dari luar.

Gerakan Nasional

Penggunaan produksi dalam negeri, telah tiba saatnya dijadikan gerakan nasional. Di kalangan pemerintah, harus berkembang pikiran, langkah berkembang bimbingan yang terus menerus untuk memberi kesempatan kepada dunia industri dan dunia usaha berani mengambil prakarsa untuk mengembangkan diri seluas-seluasnya.

Dunia industri dan dunia usaha juga harus mempunyai kemauan yang sama besarnya, sekaligus secara terus menerus meningkatkan effisiensi. PPI yang diselenggarakan dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ke-40 menggambarkan diri kita dan kemampuan kita sebagai bangsa berusia 40 tahun, kata Presiden Soeharto.

Disini kita lihat apa yang telah dapat kita produksi sendiri, tennasuk produksi jasa, hasil-hasil penelitian, rancangan, bangun dan perekayasaan.

“Semua itu merupakan cermin dari tekad kita untuk membangun, seperti yang menjadi cita-cita kemerdekaan”, Kepala Negara menekankan.

Ditambahkan, dahulu banyak orang menyangsikan apakah Indonesia dapat merdeka. Namun sejarah dapat membuktikan, kesangsian tadi bukan saja tidak beralasan, melainkan salah-salah sama sekali.

Setelah Indonesia merdeka, masih juga ada kesangsian, apakah kita mampu berdiri tegak sebagai bangsa yang merdeka dan apakah kita mampu mengutus diri sendiri.

Sejarah juga membuktikan, kita sebagai bangsa bukan saja bertahan dan mengatasi setiap pergolakan yang timbul tetapi terutama setelah membangun Orde Baru, kita dapat mengurus kehidupan bangsa dan negara secara tertib dan teratur berdasarkan Pancasila dan UUD ’45.

Kemajuan

Dalam jaman pembangunan sekarang ini pun, menurut Presiden Soeharto, masih juga ada ditiup-tiupkan kesangsian, apakah kita dapat membangun masyarakat modern dengan mengerahkan pikiran, tenaga, kemampuan dan kemauan sendiri.

Untuk kesekian kalinya sejarah juga membuktikan, kita dapat mencapai kemajuan-kemajuan yang berarti, sejak melaksanakan pembangunan mulai dari Repelita I sampai Repelita IV sekarang ini.

“Kemauan itu tersebar di mana-mana diseluruh wilayah tanah air yang luas ini dan sebagaian dari padanya dapat kita saksikan di arena pameran yang luas ini” kata Kepala Negara dan menambahkan, kita memang merasa gembira dapat mencapai kemajuan-kemajuan itu.

Namun telah seringjuga saya ingatkan, ujar Kepala Negara, dalam suasana kegembiraan dan kepercayaan pada diri sendiri yang kuat itu jangan kita sekali-kali lengah. Sebab, tidak sedikit tantangan yang masih membentang di hadapan kita.

Kita tidak boleh lekas puas diri, karena apa yang telah dapat kita capai sampai sekarang masih jauh dari apa yang kita cita-citakan.

“Kelengahan dan puas diri akan merupakan bahaya yang dapat menggagalkan pembangunan”, demikian Presiden Soeharto.

Laporan Gubernur

Gubernur DKI Soeprapto selaku pelaksana PPI 85 dalam laporannya mengatakan pameran ini diikuti oleh 1.326 peserta di antaranya dari lembaga­-lembaga pemerintah 36 peserta, non lembaga 13 peserta, BUMN dan Swasta nasional 961 peserta ditambah dengan peserta PRJ yang terdiri dari pengusaha lemah kecil dan koperasi serta kaki lima sebanyak 306 peserta.

Dikatakan, dalam PPI 85 ini tidak diikutsertakan perwakilan-perwakilan asing serta perusahaan-perusahaan swasta dari luar negeri.

Menurut Soeprapto, tanggal 18 Agustus akan diselenggarakan pawai produksi nasional dengan kendaraan-kendaraan hias untuk memberikan gambaran kepada masyarakat tentang hasil-hasil pembangunan yang dicapai oleh bangsa Indonesia hingga hari ini.

Pameran Produksi Indonesia 85 dibagi dengan empat sektor yakni sektor utara, timur, selatan, barat dan arena Jakarta Fair yang seluruhnya akan memberikan gambaran visualisasi tentang kemampuan produksi dan pembangunan.(RA)

 

 

Jakarta, Sinar Harapan

Sumber : SINAR HARAPAN (01/08/1985)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 175-177.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.