INDONESIA HARUS MILIKI INDUSTRI MARITIM MAJU

INDONESIA HARUS MILIKI INDUSTRI MARITIM MAJU

 

Presiden Soeharto:

Presiden Soeharto menegaskan, bangsa Indonesia yang mendiami wilayah kepulauan paling besar di dunia dengan menggunakan wawasan nusantara dalam pembangunan nasionalnya harus memiliki industri maritim yang maju untuk mendukung dan meningkatkan kemampuan armada kapal lautnya.

Dengan armada kapal laut yang kuat, kita akan mendorong laju pembangunan bangsa sekaligus memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.

Presiden mengemukakan hal itu pada upacara peresmian PT. PAL Indonesia di Ujung, Surabaya, Sein.

“Hanya dengan armada kapal laut yang kuat kita dapat memperlancar arus angkutan manusia dan barang dari satu pulau ke pulau lainnya serta memeratakan pembangunan dan memperluas hubungan antara pulau satu dengan yang lain, antara daerah dan suku yang satu dengan lainnya”, kata Presiden.

Untuk memiliki armada kapal laut yang kuat, menurut Presiden, tidak bisa lain kita harus memiliki industri maritim yang tangguh. Dengan industri maritim itulah kita membuat, memperbaiki dan memelihara kapal-kapal armada laut kita.

Perlu Waktu dan Investasi Besar

Presiden menegaskan, untuk mengembangkan industri maritim yang benar-benar tangguh, di samping memerlukan waktu, juga perlu investasi besar, penguasaan teknologi maju dan pemilikan tenaga-tenaga ahli serta trampil dari berbagai bidang.

Dalam upaya membangun industri maritim itulah, kata Presiden, pemerintah pada lima tahun lalu telah mengambil keputusan untuk mengembangkan PT. PAL Indonesia dengan menggunakan sarana, prasarana dan personil yang tersedia pada galangan kapal milik TNI Angkatan Laut sebagai modal utamanya.

Kepala Negara juga mengisyaratkan agar tempat ini menjadi pusat keunggulan bidang kelautan, khususnya di bidang industri maritim Indonesia.

Hal ini tidak saja untuk kepentingan PT. PAL Indonesia sendiri, melainkan untuk dimanfaatkan oleh seluruh bangsa Indonesia, terutama oleh galangan-­galangan kapal, perusahaan-perusahaan kapal dan lembaga-lembaga ilmiah serta badan-badan yang bergerak di bidang kelautan.

Seperti halnya dengan industri-industri yang menjadi wahana alih teknologi dan industri kita lainnya, Presiden mengharapkan agar melalui industri perkapalan ini bangsa Indonesia dapat mengalihkan teknologi dan mengembangkannya.

Keberhasilan kita dalam mengembangkan industri berteknologi tinggi akan mempertebal keyakinan kita bahwa dengan menggunakan kesempatan dan pengarahan yang tepat, bangsa kita pun tak akan kalah dengan bangsa­bangsa lain dalam penguasaan teknologi.

Investasi

Menteri Negara Riset dan Teknologi Prof. Doktor Ing. B.J. Habibie melaporkan, dalam tahun 1980 hingga akhir 1984 telah dilakukan investasi sebesar Rp 75,24 miliar.

Investasi itu terdiri atas Rp 60,76 miliar untuk perangkat keras meliputi Rp. 34,87 miliar untuk aktiva takbergerak Rp. 25,89 miliar untuk aktiva bergerak dan Rp. 14,48 miliar investasi dalam perangkat lunak.

Dalam periode yang sama telah pula dilakukan pertambahan modal kerja sebesar Rp. 134,80 miliar. Jumlah karyawan PT. PAL Indonesia pada 1 April 1985 sebanyak 5.991 orang, luas wilayah kegiatan industri sekitar 107 hektar yang akan diperbesar menjadi 670 hektar.

Ia mengatakan, program-program tahap pertama meliputi program kapal cepat FPB-20 berbobot mati 60 ton dengan kecepatan 30 knot dan FPB-57 berbobot mati 400 ton, kecepatan 30 knot. Ke dua jenis kapal cepat itu dapat dilaksanakan secara terkendali sesuai dengan jadwal masing-masing.

Program tahap kedua meliputi program pembuatan kapal tanker dengan bobot 3.500 ton yang teknologi integrasinya dilaksanakan bersama dengan Mitsui Zosen.

Program tahap ke dua lainnya adalah program “Caraka Jaya Satu”, ”Caraka Jaya Dua” dan “Caraka Jaya Tiga” yang merupakan perancangan dan pembuatan kapal-kapal bertonase 1.000 ton, 2.000 ton sampai 2.250 ton dan 3.000 ton oleh PT. PAL Indonesia.

Saat ini sedang dipersiapkan program “Jet Foil” bersama-sama dengan Boing Marine Systems dari Amerika Serikat. Melalui program ini dalam jangka panjang, bangsa Indonesia akan dapat mengalihkan dan menguasai teknologi pembuatan kapal paling mutakhir yang dikembangkan di dunia dewasa ini ujar Habibie.

Dalam tahun 1990 mendatang, PT. PAL Indonesia akan mengembangkan lagi pembuatan kapal dengan bobot mati sampai 30.000 ton. Sasaran jangka panjang-nya adalah mempunyai kemampuan reparasi rakit kembali sebesar kurang lebih 250.000 sampai 300.000 ton yang direncanakan pada perluasan bagian timur komplek PT. PAL Indonesia.

Diluncurkan

Seusai meresmikan pembukaan PT. PAL Indonesia dengan penekanan tombol oleh Presiden Soeharto, serombongan penari menampilkan tari nelayan dari daerah Madura sebagai ungkapan rasa gembira.

Selanjutnya Presiden Soeharto beserta Ibu Tien didampingi oleh Gubernur Jawa Timur meninjau maket PT. PAL Indonesia dan ruang komputer.

Ibu Tien Soeharto kemudian mengampak untaian melati sebagai tanda diluncurkannya kapal jenis FPB-28. Dengan perlahan, penyangga kapal FPB-28 itu turun dan akhirnya kapal itu mengapung di air dengan sempurna disambut dengan pelepasan balon dan burung merpati. (RA)

 

 

Surabaya, Antara

Sumber : ANTARA (16/04/1985)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku VIII (1985-1986), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 288-291.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.