MENPERTAM KENAIKAN HARGA MINYAK EKSPOR RI
Jakarta, Antara
Indonesia akan menaikkan harga tiga jenis minyak beratnya, yakni Duri Crude menjadi 16.10 dolar AS per-barel (dari 15.60 dolar), Bima Crude menjadi 15.62 dolar AS per-barel (dari 14,88 dolar) dan Cinta Crude menjadi 17,20 dolar (dari 17.10 dolar), kata Menteri Pertambangan dan Energi Subroto hari Selasa di Jakarta.
“Kita sudah membicarakan kenaikan ini dengan para pembeli minyak mentah kita,” ujar Subroto kepada wartawan di Bina Graha Jakarta, setelah ia melapor kepada Presiden Soeharto.
Harga minyak utama Indonesia, Minas Crude, tetap 17.56 dolar AS per-barel sesuai dengan ketentuan OPEC, tambahnya.
Menteri juga melaporkan perkembangan terakhir pasaran dan harga minyak di pasaran dunia sehubungan dengan meningkatnya ketegangan di wilayah Timur Tengah.
Subroto menjelaskan, terjadinya kerusuhan Jumat lalu lalu di kota suci Mekkah, Arab Saudi, telah mengakibatkan harga-harga minyak di pasaran dunia bergejolak lebih hebat.
Ia menggambarkan, dalam pertengahan Juli lalu harga minyak mentah Western Texas Intermediate (WTI) di pasaran tunai melonjak dari 19.35 menjadi 22.45 dolar AS akibat meningkatnya ketegangan eli Teluk Parsi.
Harga itu kemudian turun kembali menjadi 20,40 dolar AS pada akhir Juli. Tapi setelah timbul kerusuhan di Mekkah antara jamaah haji asal Iran dengan pasukan keamanan Arab Saudi harga di pasaran tunai itu naik lagi rnenjadi 22,20 dolar/barel. “Kita memperkirakan situasi di teluk masih akan berlangsung tidak menentu, sehingga dapat menimbulkan perhitungan spekulatif di pasaran minyak,” kata Subroto.
Menurut Subroto, kenaikan harga-harga minyak dalam dua bulan terakhir ini terutama disebabkan dua hal. Pertama, menurun tajamnya jumlah simpanan (stock) minyak mentah yang dikuasai industri perminyakan sehingga mencapai titik terendah, yaitu hanya cukup untuk keperluan 66 hari.
Hal itu terjadi setelah dalam triwulan pertama 1987 OPEC membatasi produksi pada tingkat 15,8 juta barel/hari. Pembatasan produksi, menurut Subroto, mampu menyedot ke luar simpanan yang dikuasai perusahaan-perusahaan minyak raksasa rata-rata tiga juta barel/hari. Dengan demikian dalam triwulan pertama itu jumlah simpanan yang berhasil disedot diperkirakan mencapai 270 juta barel.
Hal kedua yang menyebabkan harga minyak naik adalah meningkatnya ketegangan di wilayah Teluk Parsi. “Mereka (maksudnya industri perminyakan di negara konsumen, red) berfikir, kalau teljadi peningkatan perang lebih hebat di wilayah itu tentu akan menyumbat suplai minyak dari teluk Parsi. Oleh karena itu lebih baik membeli dari sekarang,” demikian Subroto.
Ia mengatakan, suplai minyak dari wilayah teluk dalam keadaan sekarang lebih dari lima juta barel per-hari, antara lain dari Arab Saudi, Iran, Kuwait, Persatuan Emirat Arab dan Qatar.
Menteri Subroto mengingatkan, meskipun harga minyak menunjukkan kenaikan namun semua negara anggota OPEC perlu tetap hati-hati, sebab dengan bertambahnya jumlah simpanan (stock) di negara industri dapat dipakai untuk memukul OPEC.
Dalam hubungan itu Presiden Soeharto mengimbau semua negara OPEC agar dapat menahan diri, tidak berlomba-lomba menaikkan produksi minyaknya yang dapat melemahkan kernbali harga. (LS)
Sumber: ANTARA (04/08/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 509-510.