MENPEN TTG KENAIKAN HARGA KERTAS KORAN

MENPEN TTG KENAIKAN HARGA KERTAS KORAN

 

 

Jakarta, Antara

Pemerintah menyesuaikan harga kertas koran produksi dalam negeri menjadi Rp 850/kg dibanding sebelumnya Rp 700 mulai tanggal 15 Oktober, namun PPN atas penyerahan kertas koran untuk sementara tetap ditanggung pemerintah, kata Menpen Harmoko.

Ketika menjelaskan kepada pers sesudah bersama Menperind Hartarto selesai melapor kepada Presiden Soeharto di Bina graha, Selasa, Harmoko mengatakan bahwa kenaikan itu berdasarkan hasil penelitian bersama Deppen, Depdag, Deperind, SPS yang mewakili dunia pers nasional.

Harmoko mengatakan, penyesuaian harga kertas koran tersebut dilakukan untuk tidak merugikan produsen (pabrik), namun dilain pihak diharapkan tidak akan memberatkan dunia pers.

Menpen mengatakan, harga kertas koran produksi dalam negeri tersebut masih lebih rendah dibanding produksi luar negeri yang diimpor dengan harga Rp 1055/kg, sehingga harganya lebih rendah sekitar 19 persen.

“Dengan menanggung PPN maka pemerintah sebenamya sudah memberikan subsidi,” kata Harmoko.

Sekalipun ada penyesuaian namun pemerintah tetap menaruh perhatian pada usaha-usaha pengembangan dunia pers nasional, kata Harmoko.

Presiden Soeharto memberi petunjuk agar penggunaan kertas koran benar-benar diarahkan bagi peningkatan penerbitan pers nasional Produksi kertas koran dalam negeri 144 .000 ton/tahun sedang konsumsi pers nasional termasuk untuk majalah yang menggunakan kertas koran sekitar 123.000 ton/ tahun. Kapasitas produksi tiap tahun akan diusahakan terus meningkat.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Hartarto menambahkan bahwa sekalipun ada penyesuaian namun PPN tetap ditanggung pemerintah, serta harganya masih di bawah kertas impor yang terkena bea masuk 40 persen. Sementara itu, kelebihan produksi diekspor dengan harga rata-rata Rp 945/kg.

Ketika ditanya apakah harga jual Rp 850/kg ini sebanding dengan biaya produksi, sambil tersenyum Hartarto mengatakan “Ya pas-paslah”.

Sekalipun tidak hafal tentang jumlah ekspor namun Hartarto mengatakan tahun ini diharapkan nilainya mencapai 90 juta dolar AS dibanding 37 juta dolar pada tahun silam dengan harga ekspor Rp 982/kg. Ekspor itu antara lain dilakukan ke Singapura, Maroko, dan Tunisia.

“Singapura bahkan kalau diperbolehkan bersedia membeli seluruh produksi Indonesia, “kata Hartarto.

Dari jumlah produksi 144.000 tersebut maka 90.000 diantaranya dihasilkan PN Leces Purwokerto dan sekitar 50,000 ton produksi PT Aspex Jawa Barat. Di Cirebon juga sedang dibangun pabrik kertas.

 

 

Sumber: ANTARA (06/10/1987)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita“, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 549-550

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.