KALAU POSISI SUDAH TAK MUNGKIN YANG BERSANGKUTAN PERLU MAWAS DIRI
Jakarta, Antara
Sebenarnya dalam setiap pertandingan, siapa pun orangnya, jika posisinya cukup sulit dan kernungkinan tipis untuk menang, sebaiknya lebih dulu mawas diri, demikian pendapat Soesanto Bangoennagoro, SH anggota MPR dari FKP.
“Mawas diri itu perlu, apalagi yang bersangkutan hanya didukung oleh fraksinya saja,” tukasnya lagi menjawab pertanyaan ANTARA mengenai imbauan Presiden Soeharto tentang Calon Wakil Presiden sebagairnana dikatakan kepada Pengurus Yayasan 17-8 1945, Sabtu lalu.
Ditambahkannya, imbauan Presiden tersebut sebagaimana dikutip B.M. Diah, salah seorang Pengurus Yayasan 17-8-1945, sebetulnya penegasan tentang perlunya mawas diri bagi setiap rnanusia. Dan ini dinilainya merupakan ungkapan kearifan dari seorang kepala negara, sekaligus sebagai pemimpin bangsa.
Menjawab pertanyaan tentang konsekuensi bila calon Wapres yang kansnya tipis tetap ingin bertanding, Soesanto menyatakan bahwa mawas diri diperlukan yang bersangkutan guna rnenghindari terjadinya “dongeng” dalam percaturan politik sehari hari.
Tolok Ukur
Sementara itu Ketua Fraksi PDI di MPR, Nico Daryanto yang ditemui terpisah mengatakan imbauan Presiden Soeharto merupakan pengejawantahan tanggung jawab pribadinya terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Dan imbauan Presiden itu bias mendorong terjadinya musyawarah untuk mufakat sebagai azas Dernokrasi Pancasila” tutur Nico yang juga Sekjen DPP PDI tersebut.
Musyawarah untuk mufakat, kata Nico lagi, diharapkan jadi tolok ukur untuk memilih Wakil Presiden, sehingga adanya “voting” meskipun dibenarkan konstitusi, tentunya bisa dihindarkan.
Ihwal hampir senada juga dilontarkan juru bicara FKP, Freddy Latumahina. Ia menambahkan sebaiknya calon Wapres yang kansnya tipis dapat rnengendalikan diri, termasuk pengendalian fraksinya untuk melihat realita yang ada sekarang ini.
“Realita yang dimaksud perlu diperhatikan mengingat adanya berbagai imbauan dengan tujuan rnencapai musyawarah untuk mufakat,” tandasnya sambil menambahkan bahwa FKP sendiri masih berkeyakinan bahwa azas musyawarah untuk mufakat akan terwujud dalam pemilihan Wapres nanti.
Oval
Imbauan Presiden Soeharto terungkap, ketika B.M. Diah selaku salah seorang Pengurus Yayasan 17-8-1945 meneruskannya kepada wartawan, Sabtu lalu.
Menurut Presiden, demikian B.M. Diah, jika yang bersangkutan tetap mempertahankan diri juga bisa, tetapi hasil yang diperoleh bukan kesepakatan yang bulat tetapi oval (lonjong).
Selain itu Presiden juga mengutarakan tentang kriteria calon Wapres, yaitu berjiwa dan bermental Pancasila dan UUD 1945 mampu, dapat diterima semua pihak serta mendapat dukungan kekuatan sospol terbesar.
…
Jakarta, ANTARA
Sumber : ANTARA (06/03/1988)
…
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 62-63.