STABILITAS NASIONAL YANG DINAMIS MAKIN MANTAPKAN PERSATUAN BANGSA
Jakarta, Pelita
Presiden Soeharto mengungkapkan pentingnya kematangan serta kearifan dalam mengembangkan konsep stabilitas nasional yang dinamis. Konsep tersebut dapat menjamin dua hal, yakni menjamin perubahan yang menuju kemajuan sebagai ciri bangsa yang membangun, dan dari perubahan yang ada dijamin pula tidak akan memperlemah persatuan bangsa, melainkan makin memantapkan serta memperkuatnya.
“Jaminan ke arah itu adalah kesetiaan kita sepenuh-penuhnya kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar ’45,” jelas Kepala Negara di depan peserta Rapat Pimpinan ABRI, Senin, di lstana Negara, Jakarta.
Dalam perkembangan pembangunan saat ini, Ianjut presiden, telah dialami kemajuan. Bersamaan dengan itu, aspirasi serta harapan rakyat juga meningkat. Dan aspirasi serta harapan itu, harus mendapatkan saluran yang sebaik-baiknya agar menjadi pendorong bagi kemajuan pembangunan.
Sebab, bila aspirasi dan harapan itu tidak tersalurkan, maka tidak mustahil dapat menjadi sumber kerawanan yang tidak menguntungkan bagi proses tinggal landas.
Presiden pun menilai tema Rapim ABRI, yakni “Dengan Dilandasi Semangat Keprajuritan Pejuang dan Keperjuangan Prajurit, TNI-ABRI bertekad untuk terus memantapkan Stabilitas Nasional yang Sehat dan Dinamis demi Kesinambungan dan Keberhasilan Pembangunan Nasional”, sangat tepat bagi upaya pengembangan konsep stabilitas nasional yang dinamis itu.
Dalam upaya tersebut, peranan ABRI sebagai stabilisator dan dinamisator besar sekali pengaruhnya. Karenanya ABRI harus pandai-pandai melaksanakan peranannya sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.
Peranan itu, menurut Kepala Negara, telah lama disumbangkan ABRI kepada bangsa dan negara di masa lampau. Dan selama lebih dari dua dasawarsa Indonesia dalam suasana yang stabil dan aman, disebabkan pula peranan ABRI. Tidak Ringan
Dalam peranannya sebagai stabilisator tadi , tugas ABRI tidak ringan, Sebab masalah-masalah pembangunan semakin bertambah berat. Agar tugas dapat berjalan dengan baik, ABRI hendaknya dapat menjadikan dirinya sebagai suri tauladan, serta menjauhkan cacat dan cela. ABRI juga harus mempertebal keyakinan, bahwa dengan tekad yang membaja sebagai pejuang dan semangat kerja keras tidak ada tantangan yang tidak bisa di tundukkan dan tidak ada ujian yang tidak bisa diatasi.
Tidak ringannya tantangan membuat ABRI dalam Rapim ABRI tersebut menegaskan tekadnya lagi untuk terus berjuang dengan keadaan terburuk apa pun. “ABRI siap menghadapi keadaan yang terburuk, dan kami berupaya, sekuat tenaga untuk mewujudkan keadaan yang terbaik bagi keberhasilan pembangunan,” kata Panglima ABRI Jend. TNI Try Soetrisno ketika membacakan laporan hasil Rapim ABRI.
Dijelaskan dalam jumpa pers siang harinya, ABRI akan tetap memilih format yang kecil dalam anggaran pembangunan yang ada, tapi diharapkan akan tetap efektif, efisien, dan mampu diandalkan, memiliki kredibilitas untuk dapat menghalau segala ancaman yang datang dari dalam maupun dari luar negeri.
“Sekalipun anggarannya merupakan prioritas terakhir, tak apa, yang penting tidak akan mengganggu pembangunan nasional. Kita kan pejuang, jadi harus bekerja dengan keadaan apa pun untuk mewujudkan keadaan yang lebih baik,” ungkap Pangab.
Dikemukakan pula oleh Pangab hasil-hasil lain dari Rapim ABRI, yakni di bidang pertahanan Negara, ABRI siap terus meningkatkannya, walau tidak ada tanda-tanda akan terjadinya situasi nasional dan internasional yang membawa dampak negatif terhadap bangsa Indonesia.
ABRI juga berusaha terus meningkatkan keamanan negara dan menjamin stabilitas nasional yang saat ini dalam keadaan mantap, sehat dan terkendali.
Dalam menjalankan peranannya sebagai stabilisator dan dinamisator Pembangunan, ABRI turut pula berfungsi di bidang sosial politik. Di sini peranannya tidak terlepas dengan dwi fungsi ABRI, dengan tetap berpegang pada demokrasi Pancasila.
Dan ditegaskan lagi oleh Try Soetrisno, menjawab pertanyaan wartawan mengenai kedudukan ABRI dalam kepengurusan Golkar ABRI yang sudah pensiun atau purnawirawan dapat saja masuki dalam Golkar. Kalau toh ada anggota ABRI yang masih aktif kemudian diminta untuk masuk Golkar, semua tergantung kemampuan masing-masing. Bila dirasakan mampu, bisa saja asalkan sudah pensiun dari ABRI.
Rapim ABRI yang berlangsung 4-6 Agustus 1988 itu, bertujuan untuk melakukan evaluasi pelaksanaan tahun 1987/1988, mengevaluasikan pelaksanaan tahun terakhir Renstra Hankam Nek III, dan mempersiapkan “Renstra Hankam Nek IV pada Pelita V, serta merintis pembangunan jangka panjang tahap kedua.
Rapim yang diikuti oleh 140 peserta dari pimpinan dan staf Mabes ABRI lainnya, juga bertujuan untuk menentukan kebijaksanaan tentang petunjuk program dan anggaran ABRI 1988/1989.
Sumber : PELITA(09/08/1988)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 413-415.