PRESIDEN: “PADA SUATU SAAT TANGAN KITA AKAN DI ATAS” Presiden Di Depan Masyarakat Ruteng
Ruteng, Suara Karya
Indonesia bercita-cita dan berusaha membantu negara-negara lain. “Pada suatu saat pasti tangan kita akan berada di atas,” kata Presiden Soeharto dalam sambutan spontan tanpa teks ketika tiba di Pelabuhan Udara Satar Tacik, Ruteng, NTT dan didaulat oleh masyarakat setempat, Jum’at.
Kepala Negara berada di Ruteng dalam rangkaian kunjungannya ke Klumpang, Manggarai, Flores untuk melakukan panen perdana mutiara dan mengunjungi Pulau Komodo.
Di Ruteng Presiden Soeharto disambut oleh sekitar 27.000 warga setempat, dan di tangga pesawat dijemput oleh para pejabat daerah, di antaranya Sekwilda Drs J Bessy dan Kepala Kejaksaan Negeri Ruteng Yosef Syukur Gande SH.
Presiden menegaskan, rakyat Indonesia tidak mempunyai cita-cita untuk selalu menadahkan tangan memohon bantuan dari negara-negara lain.
Di depan masyarakat Ruteng yang memenuhi Pelabuhan Udara Satar Tacik, Kepala Negara mengajak semua rakyat Indonesia untuk melanjutkan pembangunan guna memantapkan kerangka landasan pada akhir Repelita V
Setelah landasan itu terwujud, menurut Kepala Negara, kalau perlu Indonesia tidak menggunakan bantuan luar negeri lagi.
“Dalam mencapai landasan itu kita bertekad menggunakan kemampuan sendiri, akan tetapi karena kita masih terbatas, kita menerima bantuan uluran tangan negara-negara lain,” kata Presiden.
Namun diingatkan bahwa bantuan luar negeri itu semata-mata sebagai pelengkap dalam usaha bangsa Indonesia memantapkan kemampuan sendiri.”Insyaallah landasan itu benar-benar terwujud pada akhir Repelita V,” kata Presiden.
Presiden mengemukakan harapan, mudah-mudahan dengan landasan itu pembangunan dapat dilanjutkan untuk mencapai masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila.
Diungkapkan, pada akhir Repelita IV menjelang Repelita V, Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat, seperti pengaruh ekonomi yang buruk dari luar. Namun pengaruh itu tetap bisa diatasi oleh bangsa Indonesia berkat pembangunan. Bahkan menurut Kepala Negara, Indonesia cukup mempunyai ketahanan sehingga negara-negara lain tetap memberi kepercayaan kepada Indonesia.
Kepada masyarakat di desa dan di pantai-pantai Presiden mengingatkan bahwa mereka merupakan bagian dari kekuatan nasional, karena ketahanan nasional merupakan himpunan dari kekuatan rakyat yang berada di desa dan di gunung-gunung serta di sepanjang pantai.
Partisipasi dari seluruh rakyat adalah yang paling menentukan. “Keberhasilan pembangunan tidak semata-mata terletak pada saya,” kata Presiden.
Panen Mutiara
Presiden didampingi lbu Tien dan sejumlah Menteri Kabinet Pembangunan V setelah melakukan panen perdana mutiara bertemu akrab dengan masyarakat setempat dalam acara temu wicara.
Dalam kesempatan tersebut masyarakat melaporkan beberapa kesulitan yang mereka alami. Misalnya, sulitnya memperoleh BBM, yang kalau pun ada harganya lebih mahal. Disebutkan contoh, solar harganya Rp 275 dan minyak tanah Rp 225 per liter.
Masyarakat nelayan setempat minta agar pemerintah membangun tempat penyaluran BBM di daerah mereka yang terpencil itu.
Presiden menyatakan, pemerintah memang berusaha menyalurkan BBM kepada ·masyarakat dengan harga yang seragam. Namun karena kemampuan yang masih terbatas, belum semua daerah bisa tercapai. Dalam kondisi seperti ini, menurut Presiden, pemerintah masih memberi subsidi harga minyak, subsidi itu diberikan agar harga minyak bisa seragam di semua daerah.
Sebelum dilakukan temu wicara, Presiden mendapat laporan usaha budidaya kerang mutiara. Budidaya tersebut dilakukan oleh PT. NTT Pearl yang merupakan usaha patungan Jepang dengan swasta Indonesia.
Masyarakat setempat mengungkapkan kepada Kepala Negara bahwa setelah hadirnya perusahaan tersebut pendapatan nelayan mutiara meningkat. Digambarkan, sebelumnya kerang mutiara hanya dihargai Rp 1.250/ kg yang terdiri 2-3 kerang. Jika sedang beruntung, mereka bisa menemukan 2 kerang sehari.
Mendengar ungkapan itu, Presiden mengharapkan agar masyarakat memperhatikan keseimbangan alam dengan tidak mengambil kerang yang belum layak untuk diambil atau yang masih kecil.
Komodo
Presiden dan rombongan dari Klumpang, Ruteng melanjutkan kunjungannya ke Pulau Komodo dengan helikopter. Di Desa Komodo, Presiden menyaksikan dari panggung khusus, 9 ekor komodo tengah menyantap kambing yang disediakan.
Sebelum meninggalkan Pulau Komodo, Kepala Negara menerima patung komodo dari Kepala Taman Nasional Komodo, Ir Wawan Ridwan.
Sumber : SUARA KARYA(04/06/1988)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 550-552.