PRESIDEN SOEHARTO: TANTANGAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN MASIH BESAR
Jakarta, Suara Karya
Presiden Soeharto menyatakan, tantangan-tantangan dalam pembangunan pertanian masih besar, antara lain meningkatkan produksi dan mutu palawija, buahÂbuahan, perikanan, hasil-hasil perkebunan, peternakan, dan per-unggasan.
“Semuanya itu harus kita garap, bukan saja untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri melainkan juga harus dapat diekspor, karena dengan jalan itu kita dapat mewujudkan pertanian yang tangguh dan memperkuat struktur ekonomi kita,” kata Presiden dalam sambutannya pada upacara penyerahan Hadiah dan Piala kepada para juara Lomba Intensifikasi, Rabu di Istana Negara.
Kepala Negara mengatakan, apa yang telah diraih dalam bidang pertanian sekarang, patut disyukuri, karena telah berhasil meningkatkan berbagai jenis produksi, serta telah berhasil memperbaiki tata cara berproduksi dan organisasinya.
Pola Insus dan pola supra Insus telah berhasil meningkatkan efisiensi usaha tani dan meningkatkan produktivitasnya. Kunci keberhasilan itu adalah kerjasama antar anggota dan sesama kelompok tani, meningkatkan disiplin diri dan melaksanakan anjuran penyuluh pertanian.
“Karena itu prinsip-prinsip bertani yang kita lakukan dalam pola insus dan supra insus tadi harus kita pegang teguh dalam meningkatkan produksi,”kata Presiden.
Menurut Kepala Negara, meningkatkan produksi pertanian bukanlah merupakan usaha yang mudah karena ada masalah mendasar yang harus dihadapi. Salah satu di antaranya adalah kecilnya skala usaha tani, sehingga sulit mencapai usaha tani yang produktif dan efisien. Namun masalah itu bukan tidak dapat diatasi, yaitu dengan menumbuhkan dan mengembangkan kelompok tani yang terpadu. Di samping itu juga dengan terus menerus mengembangkan dan meningkatkan peranan KUD.
Pelita V
Presiden mengingatkan bahwa dalam beberapa bulan lagi, bangsa Indonesia akan memasuki Repelita V yang akan menjadi landasan kuat bagi pra tinggal landas pada Repelita VI.
Dalam proses tinggal landas di bidang pertanian nanti para petani, menurut Presiden, harus mampu melaksanakan usaha taninya secara baik dan mandiri. Hal ini akan terwujud apabila petani dan Kelompok tani, KUD dan perusahaan pembimbing dapat menjalin kerjasama dengan saling memberi manfaat, dan saling memperkuat.
Dalarn proses tinggal landas nanti tugas Pemerintah akan lebih dititik beratkan pada penciptaan suasana yang mendorong terciptanya dinamika kerjasarna itu.
Pembangunan pertanian menurut Presiden bukan semata-mata usaha penerapan teknologi bertani, tetapi jauh lebih luas dari itu. Di samping menerapkan teknologi bertani yang tepat, pembangunan pertanian harus pula memperhatikan berbagai aspek lainnya seperti aspek ekonomi, sosial budaya dan lain-lainnya.
Semua hal itu harus diperhatikan dalam era tinggal landas kelak, sebab dinamika pembangunan akan membawa perubahan-perubahan sosial, nilai-nilai dan aspirasi baru.
“Semuanya itu merupakan peningkatan yang timbul justru karena keberhasilan pembangunan itu sendiri,”kata Presiden.
Pemenang
Presiden dalam upacara itu menyampaikan hadiah, piala dan penghargaan kepada para pemenang. Para penerima hadiah itu adalah Satuan Pembina Bimas Propinsi Jabar sebagai pemenang pertama perlombaan tingkat karya bimbingan intensifikasi tahun 1987/1988 yang diterima oleh Gubernur Jabar, Yogi SM. Kelompok Tani
“Suko Karyo” dari Kabupaten Gresik, Jatim, keluar sebagai pemenang pertarna perlombaan Insus pola tanam tingkat nasional tahun 1987/88. Unit himpunan supra insus (UHSI) K VIII Kabupatan Karawang, Jabar, sebagai pemenang pertama perlombaan supra insus tingkat nasional tahun 1988. Kelompok tani “Gemah Ripah” Kabupaten Pemalang, Jateng, sebagai pemenang pertama Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) Tingkat Nasional MTT 1986/1987.
Kelompok tani “Sri Rejeki II” dari Kabupaten Boyolali, Jateng, sebagai pemenang I Perlombaan Kelompok Tani Ternak Tingkat Nasional tahun 1988.Wanita Tani dari kelompok tani “Suko Karyo,” Wanita tani dari kelompok tani “Gemah Ripah” dah Wanita Tani dari kelompok tani “Sri Rejeki” masing- masing mendapat hadiah yang disampaikan oleh lbu Tien.
Hadiah, piala dan penghargaan itu diterima oleh masing-masing ketua kelompok-kelompok tani. Seluruh anggota kelompok tani pemenang ikut dihadirkan di Istana Negara, dengan mengenakan pakaian adat daerahnya.
Selesai acara penyampaian hadiah itu, Presiden dan lbu Tien serta Menteri Pertanian, Wardoyo bersantap siang dengan para pemenang Lomba Tingkat Nasional itu. Para ketuanya duduk semeja dengan Kepala Negara dan Menteri Pertanian.
Sumber : SUARA KARYA(12/01/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 56-57.