RI KONSISTEN UNTUK TIDAK CAMPURI MASALAH DALAM NEGERI CINA
Jakarta, Antara
Indonesia tetap memperlihatkan konsistensinya untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri negara asing, termasuk Cina yang pada awal bulan ini melakukan pembantaian terhadap sekitar 4.000 mahasiswa yang menuntut demokrasi.
Menlu Ali Alatas di Jakarta Jumat mengatakan, “ini masalah dalam negeri Cina dan kita jarang sekali memasuki masalah dalam negeri orang lain.”
Sejurnlah negara besar telah melancarkan protes terhadap tindakan Pemerintah Cina terhadap para mahasiswa di lapangan Tiananmen pada 4 Juni 1989. Beberapa malah mengutuknya.
Menurut Menlu Alatas, “bila beberapa negara besar melakukan hal itu, tidak berarti kita harus ikut-ikutan.”
Alatas kemudian malah balik bertanya kepada wartawan, “apakah kita akan senang kalau terhadap permasalahan dalam negeri sendiri, lalu orang-orang lain ikut nimbrung, mengutuklah atau menyatakan pandangannya susah juga,” kata Alatas.
Ketika ditanya sekitar dampak kerusuhan di Cina terhadap proses normalisa si RI-RRC, Ali Alatas mengatakan “kita lihat saja karena proses normalisasi mempunyai momentum dan pertimbangan tersendiri.” “Apa yang terjadi di Cina juga mempunyai dimensi tersendiri .Maka kita lihat saja perkembangan selanjutnya,” tegasnya.
Sejak pertemuan antara Presiden Soeharto dan Wakil Menlu Cina Qian Qichen di Tokyo sebagai upaya pertama untuk menormalisasikan hubungan RI-Cina pada Februari lalui, baru ada satu kali pertemu an di PBB sebagai tindak lanjutnya. Pertemuan di PBB selanjutnya belum ditentukan.
Alatas juga mengatakan bahwa ia tidak melihat adanya kemungkinan kemelut Cina berdampak negatif terhadap upaya penyelesian masalah Kampuchea.
Sumber : ANTARA (16/06/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 243.