SAMBUTAN PALING MERIAH DIALAMI PRESIDEN SOEHARTO DI TANZANIA

SAMBUTAN PALING MERIAH DIALAMI PRESIDEN SOEHARTO DI TANZANIA

 

 

Dar Es Salaam, Suara Pembaruan

Presiden Soeharto mengatakan, dalam situasi tata ekonomi dunia yang masih mengandung ketimpangan-ketimpangan dan ketidakadilan, gerakan Nonblok terasa makin perlu dan relevan untuk mewujudkan sasaran baru, yaitu pembangunan dan kerja sama di bidang ekonomi demi kesejahteraan rakyat-rakyat negara anggotanya.

Hal itu dikemukakan Presiden Soeharto pada jamuan santap malam kenegaraan yang diselenggarakan oleh Presiden Republik Persatuan Tanzania Ali Hassan Mwinyi dan Nyonya Sitti Mwinyi untuk menghormati Presiden dan Ibu Tien Soeharto. Presiden RI itu tiba di Dar Es Salaam Kamis petang (malam WIB) dari Harare, Zimbabwe.

Wartawan Pembaruan Moxa Nadeak yang mengikuti perlawanan kepala negara RI itu melaporkan bahwa sejak tibanya di bandar udara internasional Dar Es Salaam hingga ke Wisma Negara untuk kunjungan kehormatan kepada tuan rumah, Presiden Soeharto mendapat sambutan luar biasa, yang tidak ditemui pada tiga negara yang sudah dikunjungi sebelumnya sejak dari Amerika Latin.

Di bandara, di tangga pesawat tamu dari Indonesia itu disambut langsung oleh Presiden Ali Hassan Mwinyi dan Nyonya Sitti Mwinyi yang didampingi Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Ahmed Hassan Diria. Setelah itu Kepala Negara Indonesia dan rombongan resmi diperkenalkan kepada pejabat-pejabat resmi Tanzania.

Sebarisan anak muda berjumlah 22 orang, 11 di kiri dan 11 di kanan di tepi permadani merah menarikan olah gerak mirip silat di hadapan Presiden dan Ibu Soeharto. Salah satu anak muda yang berseragam hijau dan hitam itu mengalungkan selempang leher kepada Presiden Soeharto. Setelah melewati barisan itu, dua gadis cilik bergaun putih mirip pengantin menyerahkan bunga tangan untuk Ibu Tien Soeharto.

Ketika kedua kepala negara tiba di panggung kehormatan, lagu kebangsaan kedua negara diperdengarkan, didahului “Indonesia Raya”. Sementara itu dentuman meriam 21 kali terdengar. Setelah itu, Presiden Soeharto memeriksa barisan kehormatan yang berseragam merah hitam.

Beberapa jenis tarian tradisional pun dipertunjukkan, yang juga disaksikan penduduk yang juga disaksikan penduduk yang mengelilingi lapangan udara tersebut. Sejak dari bandara, rakyat Tanzania berdiri di tepi jalan kanan dan kiri menyambut rombongan tamu ini. Letak bandara memang di tengah pemukiman penduduk, seolah­olah berada di tengah kota. Di sekitar bandara inipun berdiri banyak industri seperti suku cadang dan cat. Buruh-buruh industri itu turut berdiri di tepi jalan.

Konvoi kendaraan yang untuk para pejabat terdiri dari mobil Mercedez Benz terpaksa berjalan lambat di tengah-tengah sambutan masyarakat. Memasuki pusat kota, sambutan semakin meriah. Di antara kelompok masyarakat penyambut terdengar musik dan tarian rakyat. Jarak bandara dengan Wisma Negara kurang lebih 12 Km.

 

Awan Gelap

Dalam pidatonya pada jamuan makan kenegaraan, Presiden Soeharto mengatakan, memasuki dasawarsa abad ke-20 terasa cepatnya proses perubahan yang sangat mendasar terhadap tatanan dunia. Meredanya perang dingin, bersatunya kembali Jerman, makin terintegrasinya Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur dalam perekonomian dunia serta kesepakatan negara-negara adidaya untuk

mengurangi persenjataan, meningkatkan harapan bagi terwujudnya perdamaian dunia.

Presiden menunjuk pula perubahan-perubahan positif yang terjadi di Afrika Selatan, seperti pembebasan Nelson Mandela dan sejumlah tahanan politik serta dihapuskannya sejumlah undang-undang yang merupakan pilar apartheid.

Meskipun demikian, katanya, perkembangan politik dunia yang cerah itu belum dapat menghilangkan konflik-konflik lokal dan regional, yang umumnya justru berkecamuk di negara-negara yang sedang membangun. “Awan gelap temyata masih menutupi berbagai kawasan, seperti di Palestina dan diAfrika Selatan”.

Dalam pada itu, lanjut Kepala Negara Indonesia, jatuhnya harga-harga komoditi yang berasal dari negara-negara Dunia Ketiga dan beban utang negara-negara yang sedang membangun, masih tetap merupakan masalah dunia yang berat dan perlu diatasi bersama oleh semua bangsa.

“Dalam kaitan inilah kedua bangsa kita yang ingin ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perikeadilan dan perikemanusiaan memikul tanggungjawab yang tidak ringan. Di satu pihak kita harus melaksanakan pembangunan nasional masing-masing dan di pihak lainnya, kita harus meniadakan kesenjangan ekonomi yang mencolok antara negara-negara industri maju dan negara-negara yang sedang membangun”,kata Kepala Negara Indonesia.

Timur dalam perekonomian dunia serta kesepakatan negara-negara adidaya untuk mengurangi persenjataan, meningkatkan harapan bagi terwujudnya perdamaian dunia.

Presiden menunjuk pula perubahan-perubahan positif yang terjadi di Afrika Selatan, seperti pembebasan Nelson Mandela dan sejumlah tahanan politik serta dihapuskannya sejumlah undang-undang yang merupakan pilar apartheid.

Meskipun demikian, katanya, perkembangan politik dunia yang cerah itu belum dapat menghilangkan konflik-konflik lokal dan regional, yang umumnya justru berkecamuk di negara-negara yang sedang membangun. “Awan gelap ternyata masih menutupi berbagai kawasan, seperti di Palestina dan di Afrika Selatan”.

Dalam pada itu, lanjut Kepala Negara Indonesia, jatuhnya harga-harga komoditi yang berasal laksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perikeadilan dan dari negara-negara Dunia Ketiga dan beban utang negara-negara yang sedang membangun, masih tetap merupakan masalah dunia yang berat dan perlu diatasi bersama oleh semua bangsa.

“Dalam kaitan inilah kedua bangsa kita yang ingin ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perikeadilan dan perikemanusiaan memikul tanggung jawab yang tidak ringan. Di satu. pihak kita harus melaksanakan pembangunan nasional masing-masnig dan dipihak lainnya, kita harus meniadakan kesenjangan ekonomi yang mencolok antara negara-negara industri maju dan negara-negara yang sedang membangun”, kata Kepala Negara Indonesia.

“Tata ekonomi dunia dewasa ini rnernang rnasih rnengandung ketimpangan­ ketimpangan dan ketidakadilan. Ini perlu diatasi bersarna oleh semua bangsa. Dalarn situasi yang dernikian itulah Yang Mulia Presiden, Gerakan Nonblok terasa rnakin perlu dan relevan untuk rnewujudkan sasaran baru, yaitu pernbangunan dan kerja sama di bidang ekonomi demi kesejahteraan rakyat-rakyat kita,” kata Presiden Soeharto.

 

Inspirasi

Presiden Ali Hassan Mwinyi dalarn pidatonya pada jarnuan rnakan malarn kenegaraan iniserba memuji Indonesia. Ia mengatakan, “apa yang lebih rnernberikan inspirasi, adalah kesediaan negara Anda membagi kemajuannya dan pengalamannya dengan negara-negara berkembang lainnya dalam semangat kerja sama Selatan­ Selatan.” Tanzania, katanya, benar-benar beruntung dalam kerjasarnanya dengan Indonesia. Ia menunjuk pada sejumlah ahli Indonesia yang bekerja di sejumlah lembaga Tanzania.

Ia mengatakan bahwa kunjungan Presiden RI itu akan memberikan kesempatan untuk meninjau ulang pandangan bersama tentang isu-isu dunia.

“Kami di Tanzania mencatat dengan penuh penghargaan akan peran aktif Indonesia dalam berbagai isu internasional, sebagai anggota pendiri gerakan Nonblok dan sebagai anggota PBB”. Ia mengemukakan, sebagai sama-sama anggota Gerakan Nonblok, Indonesia dan Tanzania bekerja secara erat untuk rnencapai perdarnaian dan keamanan dunia.

 

 

Sumber : SUARA PEMBARUAN (06/12/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 314-317.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.