RI TAWARKAN KEPADA JERMAN BANGUN LISTRIK DAN TELKOM
Jakarta, Suara Pembaruan
Presiden Soeharto menyatakan bahwa ia dalam kunjungan kenegaraan lima hari di Republik Federal Jerman telah membahas kerja sama ekonomi yang lebih luas dengan para pemimpin negara itu, termasuk tawaran agar Jerman dapat ikut serta dalam pembangunan proyek perlistrikan di Indonesia melalui kredit lunak.
Di samping perlistrikan juga ditawarkan proyek-proyek pelabuhan dan telekomunikasi, kata Presiden Soeharto ketika memberikan kesan-kesan hasil lawatannya itu di atas pesawat DC-10 dalam penerbangan dari Frankfurt ke Jakarta, Senin.
Kepala Negara menjelaskan, Indonesia jauh ketinggalan dalam prasarana ekonomi seperti listrik, pelabuhan dan telekomunikasi yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan yang makin meningkat.
Timur
Untuk itu, kata Presiden, Indonesia menawarkan agar proyek-proyek itu dapat dibuat di wilayah Jerman bagian Timur, sehingga ada dua sasaran yang diperoleh Jerman terhadap proyek-proyek itu.
Di satu pihak melalui proyek itu Jerman membangun wilayah bagian Tirnur yang tertinggal dan di pihak lain negara itu membantu Indonesia.
Dalam masalah pembangunan fasilitas pelabuhan, menurut Presiden, Indonesia memerlukan kapal-kapal keruk, Dewasa ini Jerman melalui galangan kapal Jos L. Meyer di Papenburg, telah menyelesaikan sembilan kapal dari sepuluh buah kapal angkutan penumpang. Satu kapal lainnya akan selesai bulan Desember mendatang, sementara Jerman juga memberikan bantuan kredit lunak untuk pembangunan lima kapal angkutan lainnya.
Kesembilan kapal yang berukuran 6.000 sampai 14.000 ton itu telah dimanfaatkan, baik untuk angkutan penumpang maupun barang di berbagai wilayah Indonesia, kata Presiden.
Jaminan
Presiden Soeharto mengatakan, dalam pertemuannya, baik dengan Presiden Richard von Weizsaecker maupun Kanselir Helmut Kohl telah mendapat jaminan bahwa Jerman yang bersatu sekalipun mempunyai tanggungjawab untuk membangun kembali wilayah bagian timurnya, tidak akan melupakan negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Mereka juga menyatakan, jaminan yang sama bahwa adanya Pasar Tunggal Eropa tahun 1992 juga tidak akan menutup pintu bagi negara-negara berkembang, khususnya Indonesia.
Bahkan baik Indonesia maupun Jerman mengemukakan pemikiran-pemikiran agar dalam membangun kembali Jerman bagian Timur yang memerlukan dana sangat besar itu dapat memanfaatkannya melalui kerja sama dengan Indonesia. (SA)
Sumber : SUARA PEMBARUAN (09/07/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 460-461.