PRESIDEN SOEHARTO: ANCAMAN DARI DALAM JUGA HARUS TERUS DIWASPADAI
Bogor, Pelita
Presiden Soeharto mengingatkan, kewaspadaan harus terus ditingkatkan untuk menghadapi ancaman yang ada. Ancaman itu bukan hanya dari luar, tapi juga dari dalam sendiri.
Untuk membentengi adanya ancaman itu, rakyat Indonesia harus betul-betul meyakini Pancasila dan UUD 1945 tidak hanya segi teorinya, tapi juga pelaksanaannya. Selain itu kekuatan yang ada harus dihimpun dalam ketahanan nasional,baik Ideologi, ekonomi, sosial budaya, politik, dan pertahanan keamanan.
Berbicara kepada peserta Penataran Kewaspadaan nasional (Tarpadnas) VIII di petemakan Tapos Bogor, Minggu (2/2) pagi, Kepala Negara menyatakan, kewaspadaan yang harus ditingkatkan tidak semata-mata terhadap ancaman dari Iuar. “Sekarang ini justru kewaspadaan ke dalam itu sendiri dalam melakukan langkahlangkah yang kita usahakan dalam kita melaksanakan pembangunan seusai dengan landasan ideal Pancasila dan UUD 1945.”
Dengan langkah-langkah itu, bangsa Indonesia memiliki keuletan dan ketangguhan untukmenghadapi segala tantangan yang timbul dari dalam maupun dari luar.Apa pun hasilnya kalau tidak mampu menyusun kekuatan nasional, akibatnya kelanjutan perjuangan nasional akan lemah.
Menurut Presiden, ketahanan nasional sebenarnya adalah penyusunan semua potensi dari yang kecil hingga besar, kemudian dihimpun dalam kekuatan, baik politik ekonomi, sosial budaya, dan hankam yang kemudian dibina dan dikelola sehingga mempunyai kekuatan dan keuletan yang sanggup menghadapi segala tantangan dati dalam dan luar negeri.
Percaya Diri
Dikatakan, citi ketahanan nasional yang telah dibuktikan adalah percaya kepada diri sendiri, tidak mengenal menyerah dan sanggup berkorban untuk kepentingan yang lebih besar. “Dan, temyata dengan ketahanan nasional yang, seperti itu bisa mengatasi segala kekuatan yang timbul dari luar walaupun kekuatan itu adalah kekuatan senjata yang lebih modem dan lebih canggih,” ujar Kepala Negara.
Peserta Tarpadnas VITI yang ditetima Presiden kemarin berjumlah 123 orang. terdiri dari tokoh pemuda, organisasi kemasyarakatan pemuda dan pimpinan mahasiswa. Mereka mengikuti Tarpadnas sejak 20 Januari lalu hingga 3 Februati ini.
Menurut Menpora Ir. Akbar Tandjung yang mengantar mereka, tokoh-tokoh pemuda itulah yang nantinya diharapkan akan menjadi pelaku aktif dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua.
Perkembangan Dunia
Presiden juga menyinggung tentang perkembangan terakhir di dunia yang serba cepat dan tidak terduga, sebelumnya. Diberikan contoh perubahan yang terjadi di negara komunis di Eropa Timur maupun Rusia dan RRC. “Kita tidak menduga komunis akan runtuh bukan karen a kejayaan negara yang menentangnya, tetapi justru kehancurannya dari dalam sendiri .”
Keruntuhan dan kehancuran itu bukan disebabkan adanya pertentangan, tetapi adanya kesadaran dan diakuinya kekeliruan ajaran komunis. ldeologi yang dianut ternyata tidak bisa memenuhi harapan untuk meningkatkan kemakmuran rakyat sehingga mereka menyadati kekeliruan dan mengusahakan perubahan.
Bahkan, Uni Soviet maupun RRC, mulai perlu adanya perubahan hingga saat ini mengakui bahwa dengan kegagalan komunisme itu perlu aaanya koreksi dan mencati altematiflain. Tapi karena belum mendapatan teman lain, mereka tidak segansegan mengatakan untuk sementara menggunakan dua sistem, yaitu sistem sosialis komunis dan sistem kapitalis yang sebelumnya mereka tentang.
“Maka apakah itu akan terjadi seperti halnya pemah te adi perubahan komunis yang tidak pernah tergambarkan sebelumnya. Kemudian apakah akan terjadi komunisme kembali lagi seperti semula, karena dalam mencari sistem yang baru itu tidak bisa menemukan. Bisajadi, kalau begitu mereka berpendapat kembali saja kepada komunisme. Karena pembahan temyata, tidak bisa membawa kemakmuran dan kesejahteraan. Ini bisa terjadi juga,” kata Kepala Negara mengingatkan.
Karena itu, segala sesuatunya harus menjadi pertimbangan untuk selalu waspada. Presidenjuga memberi contoh tentang perjuangan bangsa-bangsa melawan kaum penjajah yang memiliki persenjataan cukup. Hal itu membuktikan bahwa kekuatan senjata bukanlah segala-galanya. Rakyat yang tidak memiliki persenjataan cukup, sebenamya mampu melakukan perlawanan terhadap kawin penjajah, karena rakyat memiliki kekuatan lain, terutama kekuatan yang bisa dihimpun dalam kekuatan nasional. Mulai dari kekuatan ideologi politik, ekonomi, sosial budaya, dan kekuatan hankam.
Semua kekuatan yang dihimpun, dibina dan dikelola sehingga memiliki keuletan dan ketangguhan untuk sanggup menghadapi tantangan yang timbul dari dalam maupun dari luar. “lnilah yang disebut ketahanan nasional bangsa. Sehingga, dengan ketahanan nasional, segala tantangan dapat dihadapi, yang timbul dari dalam dan luar,” ucap Presiden.
Dengan contoh-contoh itu Presiden mengajak seluruh masyarakat menyadari bahwa memang kehancuran suatu bangsa tidak hanya dari luar tetapi juga bisa dari dalam.
“Tetapi dari sudut ekonomi pun juga bisa menghancurkan kehidupan negara dan bangsa. Karena itu kewaspadaan tidak selalu digambarkan dari senjata, ideologi, tetapi juga ekonomi, bahkan kebudayaan. ltu semua harus dihadapi dengan ketahanan nasional,” kata Kepala Negara.
Masalah ASI
Menanggapi kegundahan seorang pemudi peserta Tarpadnas yang menyatakan ada kecenderungan wanita pedesaan kurang memberikan Air Susu Ibu (ASI) dan lebih mengkonsumsi susu bubuk dalam kaleng kepada bayinya, Presiden Soeharto menyatakan perlu adanya kesadaran para ibu-ibu dan wanita tentang pentingnya pemberian ASI kepada bayinya.
Pemberian ASI kepada bayi di bawah usia lima tahun (balita) mempakan hal penting. Minimal ASI diberikan kepada seseorang bayi sampai usia enam bulan hingga dua tahun.
Pemberian ASI kepada bayi mempakan upaya meningkatkan kualitas seseorang. “Jika ibu-ibu sudah sadar, diganggu apa pun atau dimling-imingi susu murah, tidak akan terpengarull. Tapi kalau masih terpengarull berarti ibu-ibu itu belwn sadar.Karena itu, diperlukan kesadaran ibu-ibu sendiri,” kata Presiden.
Juga disebutkan, sebenarnya para ibu perlu menyadari sedini mungkin betapa penting andilnya untuk turut menyukseskan pembangunan, sebagai pelopor dalam meningkatkan kualitas manusia.
Salah satu di antaranya adalah pemberian ASl yang merupakan pelopor tercapainya kualitas manusia Indonesia. Sebab pada waktu lahir hingga umur enam bulan jika seorang bayi dipenuhi kebutuhan ASI-nya, iaakan menjadi manusia yang otaknya cukup Untuk nantinya menerima pelajaran, ilmu pengetahuan dan teknologi.
ltu merupakan kunci utama untuk meningkatkan kualitas manusia mencapai keberhasilan dalam pembangunan. Bahkan, waktu mengejar ketertinggalan dari negara maju, kuncinya juga terletak pada kaum ibu, dalam memberikan ASl kepada anak bali tanya.
Secara terus terang, Presiden menceritakan apa yang dialami ketika masih kecil. Ketika masih berumur 40 bulan, ia diambil neneknya yang kebetulan seorang dukun bayi. Karena pada waktu itu banyak orang yang ditolong oleh neneknya, maka Soeharto juga diberi ASI oleh beberapa wanita, sehingga air susu ibu yang diminumnya setiap hari cukup banyak. ltu pun, saya ketahui setelah saya besar. Dan bukan hanya dari Ibu saya, tapi juga dari orang banyak. Karena itu, mengenai kebutuhan saya akan susu sudah cukup, ujar Kepala Negara, yang disambut tawa riuh hadirin. Dengan mengungkapkan hal itu, Presiden ingin menunjukkan bahwa ASI itu benar-benar manjur, bahkan bisa memberi landasan yang kuat bagi kecerdasan seseorang.
Kepada peserta Tarpadnas, Kepala Negara berharap apa yang mereka terima selama penataran juga akan meningkatkan kesadaran politik mereka. Setidaknya dapat meningkatkan kesadaran mereka untuk mengetahui hak dan kewajiban sebagai WNl yang dasamya adalah Pancasila dan UUD 1945. Dengan landasan itu akan melanjutkan perjuangan mengisi kemerdekaan dalam mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Sumber : PELITA (03/02/1992)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 70-73.