PRESIDEN AKAN BERPIDATO DI PBB, JUGA BERTEMU 400, PENGUSAHA AS
Jakarta, Suara Karya
Presiden Soeharto akan bertolak ke New York, AS, 20 September mendatang untuk menyampaikan pidato di depan Sidang Umum PBB selaku Ketua Gerak:an Non Blok. Pidato Presiden tersebut akan disampaikan tanggal 24 September pukul 10.00 waktu setempat.
Mensesneg Moerdiono selasa petang mengumumkan, keberangkatan Presiden lebih awal karena akan singgah di Jenewa, Swiss, untuk penyesuaian iklim (aklimatisasi). Dari Jenewa, Presiden yang akan menggunakan pesawat khusus DC 10 Garuda bertolak tanggal 22 September dan pada hari yang sama tiba di New York.
Selama di New York Presiden juga mempunyai rencana pertemuan khusus. Sampai saat ini yang telah minta waktu adalah Presiden Korsel, Roh Tae Woo dan Presiden Armenia. Di samping itu juga direncanakan bertemu dengan sejumlah pejabat PBB. Namun yang telah pasti Presiden Soeharto akan melakukan pertemuan dengan sekitar 400 pengusaha AS. Para pengusaha Amerika itu menurut Moerdiono ingin mendengar penjelasan Presiden mengenai kesempatan berusaha di Indonesia.
Hari Jumat 25 September Presiden masih berada di New York. Direncanakan pada hari itu, Presiden akan shalat Jmnat di Masjid Islamic Center di New York. Masjid itu dibangun atas dukungan biaya dari banyak negara termasuk dari Indonesia.
Selama di AS Presiden Soeharto tidak dijadwalkan bertemu dengan PresidenAS, George Bush. Presiden Soeharto memahami kesibukan Bush menjelang pemiluAS. Hari Sabtu, 26 September Presiden bertolak ke Jepang. Perjalanan dari New York ke Tokyo, pesawat khusus Presiden akan mengambil rute melintasi Kutub Utara.
Dijadwalkan pada hari yang sama tiba di Tokyo. Kunjungan Presiden ke Jepang sifatnya merupakan kunjungan kerja. Selama di Tokyo Presiden akan bertemu dengan Kaisar Akihito dalam acara jamuan makan siang di Istana Akasaka. Di samping itu Presiden akan bertemu dengan PM Keichi Miyazawa.
Perjalanan Presiden dalam jabatan baru sebagai Ketua Gerakan Non Blok seluruhnya akan memakan waktu 9 hari dan direncanakan tiba kembali di Tanah Air Selasa malam 29 September.
Juru Bicara
Mengomentari peran lndonesia sebagai Ketua Gerakan Non Blok Dr. Amin Rais mengatakan, Indonesia harus tampil sebagai juru bicara negara-negara berkembang anggota GNB.
Dengan peran tersebut, Indonesia sekaligus berada di lini terdepan dalam upayaupaya merealisasikan cita-cita GBN, kata pengamat politik internasional itu di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, secara resmi Indonesia akan menjadi juru bicara negara-negara berkembang anggota GNB di pergaulan intemasional, dan konsekuensinya haruspula mengambil peran utama untuk berjuang mewujudkan segala yang dihasilkan dari KTT X GNB itu.
Ketua Jurusan Hubungan Internasional Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) itu, menambahkan ,Indonesia sebagai juru bicara negara-negara berkembang anggota GNB, punya beban moral, sekaligus ditantang untuk mampu mengungkapkan secara jelas dan tegas segala yang diingini GNB di dalam percaturan dunia.
“Indonesia harus dapat berbicara yang lebih menyentuh bagi kepentingan masa depan negara-negara berkembang, dan tidak perlu takut kepada pihak-pihak lain,” ujarnya.
Karena itu, apa yang telah dihasilkan dari KTT X GNB, baik itu di bidang politik, ekonomi, sosial, termasuk masalah kependudukan dan lingkungan hidup, hendaknya benar-benar dicermati, untuk ditindaklanjuti sesuai aturan yang ada.
Salah satu masalah yang perlu dicermati, katanya memberi contoh, adalah utang luar negeri darinegara berkembang yang kini dirasakan makin menurnpuk dan menjadi beban yang sangat berat. GNB dalam hal ini perlu melakukan pendekatan kepada negara pemberi pinjaman, agar bunganya diperlunak.
“Untuk itu diperlukan juru bicara yang mampu meyakinkan negara-negara pemberi pinjaman, dan tugas initidak ringan bagi Indonesia,” demikian Amien Rais.
Sumber : SUARA KARYA (10/09/1992)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 190-192.