SOEHARTO-ROH TAE WOO SEPAKAT TINGKATKAN KERJA SAMA SELATAN-SELATAN

SOEHARTO-ROH TAE WOO SEPAKAT TINGKATKAN KERJA SAMA SELATAN-SELATAN

 

 

New York, Suara Pembaruan

Presiden Soeharto dan Presiden Republik Korea (Korea Selatan) Rob Tae Woo sepakat untuk bersama-sama meningkatkan kerja sama Selatan Selatan. Kesepakatan itu dicapai setelah Roh Tae Woo menanggapi dengan sangat antusias usul Presiden Soeharto.

Kedua Kepala Negara Rabu malam (Kamis pagi WIB) mengadakan pertemuan di Hotel Waldorf Astoria, New York, AS, tempat Presiden Soeharto menginap selama di AS.

Seusai pertemuan yang berlangsung lebih satu jam itu, Mensesneg Moerdiono menjelaskan kepada wartawan Presiden Soeharto mengusulkan agar Republik Korea sebagai negara terkemuka dari barisan negara Selatan kiranya mau membantu negara Selatan yang sangat miskin yang ingin meningkatkan pembangunannya. Presiden Republik Korea (Korea Selatan) Roh Tae Woo menanggapi positif usul itu dan sepakat untuk memberi bantuan.

Dalam rangka ini Presiden Soeharto yang juga Ketua Gerakan Non Blok mengundang Korsel ikut serta memberi bantuan terhadap kerja sama Selatan Selatan tersebut. Mengenai usul ini Roh Tae Woo menyambut dengan sangat antusias dan akan segera diadakan pertemuan antara pejabat-pejabat kedua belah pihak (Indonesia Korsel) untuk menjajaki bentuk kerja sama dan langkah-langkah konkret apa yang bisa dilakukan Korea Selatan.

Presiden Soeharto berharap agar Korsel, negara yang sudah kaya, menyediakan dana untuk TCDC (technical cooperation among developing countries). Sementara negara yang sudah punya keahlian menyediakan tenaga ahli bagi negara yang masih memerlukannya.

Selama ini Indonesia banyak sekali menyediakan tenaga ahli membantu negara­negara berkembang lainnya di Afrika dan Pasifik Selatan dengan biaya dari negara ketiga.

Dimengerti bahwa apa yang dikemukakan Presiden Rl kepada Roh Tae Woo adalah dalam kedudukannya sebagai Ketua Gerakan Non Blok.

 

Hubungan Bilateral

Selama itu kedua Kepala Negara itu membahas secara umum hubungan bilateral kedua negara serta posisi masing-masing dalam dunia yang sedang berubah ini. Presiden Soeharto menekankan hal-hal yang berkenaan dengan kebijakan-kebijakan pembangunan Indonesia. Juga secara garis besar hasil-hasil dan penyelenggaraan KTT ke-10 GNB di Jakarta baru-baru ini.

Menurut Sekretaris Pers Presiden Korea, Lee Junghe, Presiden Soeharto menyerahkan sebuah buku berisi hasil-hasil KTT GNB kepada Roh Tae Woo.

Dalam pertemuan tersebut Roh Tae Woo menjelaskan peranan Korea dalam menjamin stabilitas di semenanjung Korea danjuga pandangan-pandangan Korea di dalam dunia yang sedang berubah.

Presiden Soeharto juga menyampaikan terima kasih atas peranan dan bantuan Republik Korea dalam pertemuan CGI (Consultative Groupfor Indonesia) baru­baru ini di Paris. Korsel, memberi bantuan US$ 15juta lewat CGI, pengganti IGGI yang dibubarkan.

Hal kedua yang menjadi sorotan kedua negarawan menurut Mensesneg Moerdiono adalah mengenai pentingnya kerja sama Selatan Selatan sebagai salah satu keputusan penting dan semangat dari KTT GNB di Jakarta.

Presiden Soeharto mengharapkan Korea Selatan sebagai negara yang terkemuka dalam barisan negara berkembang dapat lebih peranan dalam kerja sama Selatan Selatan.

 

Tawarkan Pesawat CN-235

Kepada rekannya dari Korea itu, Presiden Soeharto juga menawarkan pesawat terbang produksi IPTN jenis CN-235. Roh Tae Woo dengan segera memberikan reaksi spontan dan menyatakan akan memerintahkan menteri yang mengurus pengadaan pesawat terbang segera mengadakan penjajakan.

Presiden Soeharto juga menekankan bahwa tawaran Indonesia itu bersifat terbuka dan kompetitif dengan tawaran-tawaran lain yang serupa yang disampaikan kepada Korea Selatan. Dan semua itu adalah dalam rangka kerja sama Selatan Selatan di bidang perdagangan.

Roh Tae Woo, kata Men sesneg, mengucapkan selamat kepada Presiden Soeharto atas berhasilnya KTT ke-10 GNB. Juga dijelaskan langkah-langkah memelihara stabilitas di semenanjung Korea serta upaya-upaya penyatuan Korea, termasuk dibukanya hubungan diplomatik Korea dengan RRC.

 

Bosnia

Kepala Negara juga mengadakan pertemuan dengan Presiden Bosnia Hezegovina Alija Izetbegovic di tempat yang sama. Presiden Bosnia tersebut mengatakan kepada pers bahwa Presiden Soeharto mengakui kemerdekaan negaranya dan berjanji untuk memberikan bantuan kemanusiaan.

Menurut Moerdiono, Presiden Bosnia Alija Izetbegovic meminta kepada Presiden Soeharto selaku Ketua GNB berperan aktif dalam penyelesaian kemelut di negaranya.

Tamu-tamu terakhir yang diterima Presiden Soeharto adalah caucus CNB di PBB yang terdiri dari menlu-menlu atau para Wakil Tetap India, Zimbabwe, Venezuela, Tanjung Verde, Maroko, dan Ekuador. Mereka menyatakan rasa bangga atas sukses dan hasil-hasil KTT X GNB.

Presiden Soeharto mengharapkan agar caucus mengambil langkah-langkah nyata dan perlunya membentuk Kelompok Kerja pejabat-pejabat tinggi yang akan memberi rekomendasi tentang apa yang akan dilakukan.

Siang harinya Presiden Soeharto juga menghadiri jamuan makan siang yang dilakukan Sekretaris Jenderal PBB Boutros Boutros Ghali untuk menghormat para Kepala Negara/Pemerintahan yang menghadiri Sidang Majelis Umum PBB bertempat di “UN Delegates Dining Room” Markas PBB.

Sementara Ibu Tien Soeharto menghadiri jamuan makan siang yang diselenggarakan Ny. Boutros Boutros-Ghali di ternpat kediaman resmi Sekretaris Jenderal PBB.

 

 

Sumber : SUARA PEMBARUAN (24/09/1992)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 243-245.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.