PRESIDEN SOEHARTO: GEJALA MATERIALISME DAN KONSUMERISME MAKIN MEMBUDAYA[1]
Yogyakarta, Merdeka
Presiden Soeharto merasa prihatin dengan perkembangan dunia dewasa ini yang semakin tidak memperhatikan erika dan moralitas sebagai pengejawantahan nilai-nilai luhur kemanusiaan, terutama di tengah deras dan meluasnya arus globalisasi yang melanda dunia.
“Dalam situasi yang demikian ini, kita menyaksikan gejala materialisme dan konsumerisme yang makin membudaya, “ungkap Presiden pada saat membuka Sidang Umum ke-20 Himpunan Persaudaraan Pandu atau Pramuka Wreda se-Dunia, Senin, di Yogyakarta.
Presiden menambahkan rasa keprihatinan terlihat juga di dalam hal ketidakpedulian manusia terhadap kelestarian alam sebagai anugerah Tuhan. “Untuk itu kita yang hidup sekarang mempunyai kewajiban moral untuk memelihara lingkungan hidup yang baik bagi generasi-generasi umat manusia di masa mendatang, “ujar Presiden Soeharto di hadapan 400 orang lebih peserta Sidang Umum Pandu Hari 35 Negara didunia.
Presiden menilai untuk meningkatkan kesadaran lingkungan dan memelihara idealisme kemanusiaan maka gerakan kepanduan merupakan salah satu wahana pendidikan yang tepat.
”Nurani kita terkoyak-koyak melihat pertumpahan darah yang terjadi di berbagai belahan dunia dengan sebab yang beraneka ragam. Ada pertentangan politik, ekonomi, etnis bahkan agama. Hati kita sangat tersayat dan pedih mendengar tindakan perkosaan, kelaparan kematian anak-anak maupun orang tua dan kalangan rakyat lainnya, “ungkap Presiden sambil berpesan agar Sidang Umum Pandu se-Dunia ini ikut menggugah hati nurani umat manusia, terutama para pemimpin dunia, untuk lebih memadukan tekad dalam mewujudkan dunia yang adil, damai, sejahtera dan lestari.
Presiden juga menyinggung arti pentingnya gerakan Pandu di Indonesia sebagai wahana pendidikan patriot yang mulia. Bahkan, menurut Presiden, dalam sejarah bangsa Indonesia gerakan kepanduan memainkan peranan yang sangat penting dalam perjuangan kemerdekaan melawan imperialis dan kolonialisme. Melalui gerakan kepanduan, para pendahulu bangsa Indonesia juga menumbuh kembangkan patriotisme yang dilandasi kesadaran.
Sementara itu, Ketua Panitia Sidang Umum Pandu se-Dunia (IFOCSAC) Mardanus mengungkapkan, semula kegiatan tersebut akan diikuti tiga orang peserta dari Portugal, namun karena hubungan Indonesia dengan Portugal belurn normal, peserta dari Portugal hanya satu orang yang diijinkan dan visanya juga dibatasi.
“Dalam hal ini, selaku panitia kami hanya menerima perintah”, ujar Mardanus sambil menambahkan, ketidakhadiran ketiga peserta dari Portugal tidak berpengaruh terhadap kegiatan tersebut.
Sumber: MERDEKA( 18/05/1993)
______________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 122-123.