Presiden Soeharto: MANIPULASI TANAH MERISAUKAN DAN HARUS DITANGGULANGI[1]
Jakarta, Business News
Manipulasi tanab yang berlangsung selama ini merisaukan. Karenanya persoalan tersebut harus dihindari dan ditanggulangi secara bersama, demikian penegasan Presiden Soeharto. Dimintanya pula, dalam pembangunan perumahan supaya dihindari penggunaan laban-laban yang produktif.
Kepala Negara mengutarakan hal di atas ketika menerima pengurus REI (Real Estate Indonesia). Ketua Umum REI Ir.Enggartiasto Lukito, yang mengemukakan hal di atas Selasa kemarin di Istana Merdeka menambahkan bahwa terdapat kelompok kelompok tertentu yang memanfaatkan tanah sebagai komoditi dengan merugikan pemilik tanah.
Setelah melakukan pembelian atau pembebasan tanah, mereka menjual tanah dengan harga tinggi kepada perusahaan-perusahaan real-estate. Dengan demikian pada akhimya perusahaan-perusahaan terpaksa menentukan harga jual rumah yang menjadi tinggi.
Bank Tanah
Kehadiran bank tanah disambut baik, kata Ir.Enggartiasto. Demikian pula dengan adanya kawasan siap bangun yang terdiri dari beberapa lingkungan siap bangun. Kalau bank tanah sudah didirikan dan terdapat pula kawasan siap bangun maka perusahaan real estate tinggal membeli tanah dengan harga yang wajar.
Enggartiasto Lukito mengemukakan, UU nomor 4 tahun 1992 menetapkan adanya kawasan siap bangun yang ditentukan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah atau badan yang ditunjuk pemerintah. Jadi ditetapkan terlebih dahulu kawasan yang siap bangun. Bagi REI dengan adanya kawasan siap bangun yang akan dilengkapi dengan insfrastruktur diharapkan akan mampu mengatasi masalah spekulasi tanah dengan maksimal.
Kepala Negara juga menyatakan, bank tanah itu akan melaksanakan pembebasan tanah dengan wajar. Karenanya penjualan tanah yang dibebaskan diharapkan juga berlangsung dengan harga yang wajar pula.
Rumah Sederhana Diserbu
Menurut Ir. Enggartiasto Lukito, pembangunan perumahan di Indonesia sesungguhnya tidak mengacu kepada tipe rumah mewah dan menengah. Kenyataannya tipe rumah mewah dan menengah itu sulit penjualannya. Namun kalau tipe rumah sederhana, masih dalam tahap pembangunan saja sudah diserbu masyarakat yang ingin membelinya.
Keuntungan penjualan rumah sederhana dan sangat sederhana memang sedikit, tetapi laris, sehingga perputaran dana juga cepat. Sejak Pelita I hingga Maret 1992 pihak REI mampu membangun 651.132 unit rumah di Indonesia.
Dari total rumah yang dibangun anggota REI tadi, yang merupakan perumahan sederhana mencapai 76,3%.Tipe rumah menengah mencapai 140.283 unit, dan rumah mewah 35.070 unit. Dengan demikian ratio pembangunan tipe-tipe perumahan adalah 1:4:16.
Presiden mengharapkan agar minimal ratio dalam pembangunan tipe-tipe perumahan tetap dijaga dengan perimbangan 1:3 : 6. Karenanya bersyukur dengan realisasi perimbangan yang berlangsung dengan angka tadi. Diharapkan, rumah sederhana dan sangat sederhana terus ditingkatkan dalam tahun-tahun mendatang.
Sumber: BUSINESS NEWS (01/09/1993)
_________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 526-527.