PON XIII SERU, 9 REKORNAS PECAH, YOGYA BUKA MEDALI[1]
Oleh: Ridwan Sjah Jakarta, Antara
Pertandingan hari pertama Pekan Olahraga Nasional (PON) XIII 1993 dengan motto “PON Prestasi” berlangsung seru, diwarnai dengan pecahnya sembilan rekornas angkat besi dan berhasilnya beberapa daerah menyabet medali emas diawali oleh Yogyakarta di cabang balap sepeda.
Rekor nasional yang berhasil dipecahkan itu terjadi di kelas 83 kg untuk angkatan snatch, clean & jerk dan total, satu kelas 91 kg untuk angkatan clean & jerk, dua rekor kelas 99 kg dan tiga rekor kelas 108 kg. Jawa Barat berjaya pada hari pertama kompetisi ini dengan menyabet empat medali emas, enam perak dan tiga perunggu, dibayangi oleh DKI Jaya dan Lampung. DKI sementara meraih empat emas, tiga perak dan dua perunggu. Sedang Lampung empat emas, satu perak dan dua perunggu.
Sementara Irian Jaya sesuai denganjanjinya memperlihatkan taringnya dalam sepakbola dengan membungkam DKI Jaya 3-0 di grup B dan juara bertahan PON XII Sumatera Utara lolos darijurang kehancuran setelah menggulung Riau 4-0 dan Kaltim mengalahkan Sumsel 2-0. Di Jati Luhur para pedayung dari Sulawesi Tenggara, yang menargetkan 10 medali emas, meloloskan pedayungnya di semua kelas putaran final, Kalteng, yang bertekad meraih medali terbanyak seperti PON sebelumnya, memperlihatkan ketangguhannya sebagai juara bertahan.
Semangat para olahragawan dalam memenuhi harapan Presiden Soeharto agar meningkatkan prestasinya pada PON yang merupakan merupakan titik kulminasi tertinggi nasional tampak tinggi.
Emas Pertama
Medali emas pertama pada hari pertama pesta olahraga nasional ini, direbut oleh Yogyakarta melalui pembalap putrinya, Alfi Dwiningrum di nomor open road race di bekas lapangan terbang Kemayoran, Jakarta, dengan catatan waktu satu jam 49 menit 19,08 detik, Jumat.
Medali perak dan perunggu masing-masingj atuh ke tangan Nurhayati juga dari Yogyakarta (1:53.58,69) dan Selly Guntari dari DKl Jakarta (1:53.59,44).
Dalam cabang angkat besi, Kaltim dan Sulawesi Selatan masing-masing merebut satu medali emas di kelas 54 dan 59 kg. Wah yudi dengan total angkatan snatch dan clean & jerk 2 32 ,5 k g menyumbangkan emas untuk Kaltim di kelas 54 dan dikelas 59 kg emas direbut oleh Erwin Abdullah (Sulsel) dengan total angkatan 245 kg.
Medali perak kelas 54 kg diraih M. Rusli dari Lampung dengan total angkatan 230kg, peak kelas 59kg diraih Zulkamaen (Jabar) 245 kg, perunggu kelas 59 kg diraih Taufik (Lampung) dengan total angkatan 242,5 kg dan perunggu 54 kg direbut oleh Herri Setiawan (Raiu) dan M. Mu lyono (Jabar).
Sementara Lampung, yang berambisi merebut tiga medali emas, meraih dua medali emas melalui Lukman (70 kg) dengan total angkatan 305 kg dan Siswoyo (76 kg) dengan angkatan 290 kg. Medali perak dan perunggu di kelas 70 kg diraih oleh Dirdja Wihardja (Jabar) 282,5 kg dan Catur Mei Studi (Lampung) 275 kg. Di kelas 76 kg, perak lari ke tangan Sugeng P (Jambi) 270kg dan perunggu diraih Minan (Jabar) 260kg. Di kelas 64 kg, lifter Jabar Sodikin, mantan lifter Olimpiade Barcelona ’92, meraih emas di kelas 64 kg dengan total angkatan 277,5 kg, perak direbut oleh Sugiono (Jambi) 260 kg dan perunggu Yudhi Suhartono (Bali) 250 kg.
Atletik
Di cabang atletik, Eudardus Nabunome, mencatat waktu tercepat 30 menit 20,7 detik untuk merebut medali emas pada nomor lari jarak sedang 10.000 meter di Stadion Madya, Senayan, Jakarta. Emas ini merupakan medali emas pertama bagi NTT. Medali perak lari ke tangan Hasanuddin dari Jatim (31.15,6) dan perunggu Osias Kamlase dari Kaltim (31.35,7).
Irian Jaya merebut medali emas lewat pelempar cakram putra Ismail Sroyer dengan jarak lemparan 45,70 meter. Medali perak jatuh ke tangan atlet Jateng Didik Siswanto dengan lemparan 40,54 meter dan perunggu diraih Rusman juga dari Jateng (40,36m.).
Pada nomor tolak peluru, DKI menyabet medali emas lewat Yunita S. Paomey dengan lemparan 13,48 meter, perak diraih oleh Yosefma Mahuse (lija) 12,94m dan NTT meraih perunggu lewat LC. Puttirulan (11,88m.).
Pada nomor loncat galah, yang hanya diikuti empat atlet, Lampung meraih emas lewat peloncat galah Hadi Wacono dengan loncatan setinggi 4,40 meter, mengungguli pemegang rekor PON XII dan rekomas Nirman K. Rampai yang hanya berhasil meloncati mistar 4,40 meter pada loncatan ketiga. Rekor PON dan rekomas masing masing tercatat 4,70m dan 4,72m.
Dalam kompetisi judo, judoka handal dari Sulawesi Selatan tanpa bertanding menerima medali emas di kelas 86-95 kg, menyusul keputusan Dewan Jui Judo Indonesia yang mendiskuliflkasikan dua pejudo DKI Jaya karena dinilai bermain “negatif judo.”
Dua pejudo DKI itu ialah Tigor Simatupang dan Boy Erlangga, padahal pemenang dari pertandingan tersebut memastikan diri maju ke fmal menghadapi Hengky yang menang atas Sutarto dengan nilai ippon.
Di kelas 95 kg, Cetok Cosadek meraih medali emas setelah mengalahkan rekan sedaerahnya Baron Erlangga dengan nilai ippon yang meraih medali perak. Sedang perunggu diperoleh Fajar Kameswara (Jabar) dan Amin (Riau). Di kelas 72 kg putri, Linia Trihastuti dari DKI merebut medali emas dengan kemenangan mutlak atas rekan setimnya Sugiarti. Medali eprak kelas ini diraih Sugiarti, perunggu lari ke tangan Sang Ayu Made Sudiari (Bali ) dan Lita Rahmayeni dari Riau. Irian Jaya merebut satu medali emas melalui Ana Yawan di kelas 66-72 kg dengan mengalahkan Herlina dari Jabar.
Senam
DKI Jaya merebut emas pada semua kelas (artistik) beregu putra dan Jawa Timur beregu putri dalam kejuaraan ber-regu babak penyisihan cabang senam PON XIII yang berlangsung di stadion bola voli GOR Senayan Jakarta, Jumat petang. Sedangkan medali perak untuk putra diraih oleh Sumatera Utara, putri Jawa Barat. Sementara perunggu putra diperoleh Jawa Barat, dan putri Sumatera Utara.
Empat atlet putra DKI Jaya yakni, Jeffrey R.S, Khaerudin P, Jonathan M.S dan Sekhim H, menerima medali emas yang dikalungkan oleh Ketua Umum PB PASI Bob Hasan. Atlet putra Sumut penerima perak, Lulu M, Safrizal, Abidan M dan Parlin N, atlet putra Jabar penerima perunggu, Dadi Hartono, M. Syarif AR, Zulfikar dan Dadan S.
Atlet putri Jatim memperoleh emas diterima oleh,Novi Kartiansari, Fransisca Januarumi, Sherly Novitasari dan Irma Febriyanti. Penerima perak Jabar, Inggrid Widyati, Elsa Dwi Kurniati, Fatimah Hasan serta Nopi Supiati.
Sedangkan atlet putri Swnut yang mewakili daerahnya menerima medali perunggu untuk kejuaraan beregu artistik pada kompetisi I kejuaraan cabang senam pada PON XIII tersebut yakni, Elly Ningsih, Yuniar, Rosnawati dan Afrina Siahaan.
Anggar
Di cabang anggar, Jawa Barat melalui Edi Suwarto berhasil menyabet medali emas nomor floret perseorangan putra, setelah mengalahkan Ibrahim Ar dari Kalimantan Barat (Kalbar) pada partai final.
Sedangkan penganggar andalan Daerah Istimewa Aceh, Elvizar, yang diharapkan menyabet medali emas harus puas di tempat ketiga sekaligus meraih medali perunggu, setelah sebelumnya menderita kalah atas Ibrahim Ar.
Kegagalan Elvizar meraih medali emas dilukiskan sebagai suatu pukulan berat bagi kontingen DI Aceh yang sebelumnya mereka berjanjikan akan mengukir tinta emas dalam PON XIII tengah berlangsung di Jakarta.
Edi. Suwarto meraih medali emas setelah sebelwnnya mengalahkan andalan DKI Jakarta, Budiarto, sedangkan medali perak diraih Ibrahim dari Kalbar. Sementara itu di cabang terbang layang, Jawa Tengah dan Jawa Barat berbagi medali emas pertama pada nomor spot landing (ketepatan mendarat) perseorangan dan beregu di Pondok Cabe, Jawa Barat, Jumat.
Medali emas untuk Jateng dipersembahkan oleh Suroso, dengan nilai 3,878, sedangkan perak diperoleh Sugianto dari Jawa Barat (3,651).
Eddy Haryoto dari DKI hams puas memperoleh medali perunggu dengan nilai 3404. Medali emas untuk Jabar pada nomor beregu diperoleh melalui pasangan Sugianto Pasangan Eddy Haryoto dan Utomo dari DKI memperoleh medali perak dengan nilai 582, dan pasangan Suroso dan Hawari dari Jateng memperoleh perunggu dengan nilai 577.
Bursa Medali
Bursa medali hari pertama PON XIII (emas,perak,perunggu) :
|
(T.OK03/ 11/09/93 00:11/0K04/ 11/09/93 00:39/DN02)
__________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 788-799.