PRESIDEN: PENGEMBALIAN KUT UNTUK SAWAH PUSO BISA DITUNDA

PRESIDEN: PENGEMBALIAN KUT UNTUK SAWAH PUSO BISA DITUNDA[1]

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto memutuskan pengembalian kredit usaha tani (KUf) bagi para petani yang sawahnya rusak berat (puso) akibat banjir boleh ditunda dan bukann ya dihapuskan.

Ketika menjelaskan hasil sidang Kabinet Terbatas Bidang Ekku, Wasbang dan Indag di Bina Graha, Rabu, Menpen Harmoko mengatakan kepada pers bahwa KUT itu bisa dibayar pada musim tanam 1994/95. Harmoko mengatakan, areal padi yang terkena banjir mencapai 71.937 ha seluas 24.750 ha di antaranya mengalami puso. Sementara itu, tanaman palawija yang terkena banjir seluas 15.780 ha, 86 persen di antaranya juga puso.

Untuk membantu para petani mengatasi kerusakan tanamannya, maka pemerintah telah memberikan berbagai bantuannya seperti memberikan bibit serta memperbaiki tanggul. Daerah-daerah yang mengalami kerusakan akibat banjir antara lain jawa Barat, Sumatera Barat, jawa Tengah, jawa Timur, serta Sumatera Utara. Setiap musim tanam dimulai tangga 11 Oktober dan berakhir tangga1 31 September tahun berikutnya.

Ekspor Nonmigas Turun

Menpen Harmoko mengatakan, sidang yang dihadiri pula Wakil Presiden Try Sutrisno, juga membahas penurunan ekspor komoditi nonmigas sebesar 11,5 persen pada bulan januari tahun 1994 dibanding januari 1993. Ekspor pada januari ’94 mencapai 2,656 miliar dolar AS dibanding impor 2,059 miliar dolar AS sehingga masih terdapat surplus 597 juta dolar AS.

Ketika mengomentari penurunan ekspor nonmigas itu, Kepala Negara memerintahkan para pejabat terkait untuk meneliti penyebab-penyebab konkret penurunan itu. Menteri Perdagan gan Satrio Budihardjo Joedono diperintahkan membentuk tim untuk meningkatkan ekspor ke negara-negara berkembang yang potensial.

Harmoko menyebutkan pula, pada sidang itu dibahas perkembangan moneter dan fiskal seperti inflasi pada bulan Maret sebesar 0,70 persen. Inflasi selama tahun anggaran 1993/94 mencapai 7,04 persen dan tahun takwim 3,71 persen.

Inflasi itu terjadi akibat naiknya harga beberapa komoditi seperti perumahan 0,07 persen, aneka barang dan jasa 0,04 persen, sandang 1,4 persen serta kelompok makanan dan minuman 1,60 persen.

Menpen menyebutkan, tingginya tingkat kenaikan harga kelompok sandang itu terutama disebabkan pembelian oleh masyarakat menyambut Hari idul Fitri. Ketika menanggapi laporan inflasi itu, Kepala Negara mengatakan, sekalipun inflasi menjelang lebaran itu cukup rendah, para pejabat harus menyiapkan diri menghadapi lebaran tahun 1995, 1996 serta 1997.

Alasan Kepala Negara adalah Hari Idul Fitri selama tiga tahun mendatang itu jatuh pada saat musim paceklik serta angin barat yang akan mengakibatkan menurunnya jumlah ikan yang ditangkap. Kepada para pejabat peserta sidang ini, Kepala Negara juga menyinggung hasil Survei Sosial Ekonomi Tahun 1993 yang hasilnya antara lain menyebutkan jumlah penduduk lndonesia telah mencapai 189,2 juta jiwa.

“Angka yang dihasilkan BPS itu harus dijadikan data dasar bagi penyusunan pro­gram kegiatan semua instansi terkait pada tahun-tahun mendatang, “kata Harmoko ketika menjelaskan instruksi Presiden. (T.EU02/EU06/RB 1/6/04/94 14:14).

Sumber:ANTARA(06/04/1994)

_______________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 241-242.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.