APEC: PELUANG EMAS BAGI MASA DEPAN AUSTRALIA[1]
Sydney, Antara
Dilihat dari kepentingan Australia, pertemuan para pemimpin ekonomi Forum Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Bogor, Jawa Barat, bulan ini bukan sekedar akan mengembangkan perdagangan bebas di kawasan yang paling pesat pertumbuhan ekonominya itu.
Bagi Australia, APEC juga merupakan sarana terbaik untuk menutupi kekurangan fundamental dalam strategi ekonomi, luar negeri dan perdagangannya – yang disebabkan pertentangan antara histori “Anglo-Saxon”-nya dengan letak geografisnya.
Meskipun mungkin agak lamban, namun kiniorang-orang Australia mulai tersadar bahwa letak geografis menunjukkan bahwa negara mereka merupakan bagian dari kawasan Asia- bukan Eropa atau Amerika- dan mereka tidak ingin membuang waktu lagi seperti dikemukakan oleh Menteri Perdagangan Bob Mc Mullan pekan lalu.
Hal ini terlihat dari kebijakan imigrasinya yang tidak lagi berorientasi ke Eropa dan meningkatnya jumlah imigran yang berdatangan dari Asia.
Bahkan, kini bahasa China telah menggeser bahasa Italia sebagai bahasa sehari hari yang banyak digunakan di Australia setelah bahasa Inggris. Intergrasi ekonomi Australia dengan kawasan yang mencakup tiga dari empat atau lima potensi ekonomi di dunia itu-Amerika Serikat (AS), Jepang dan China- kini telah pula menjadi visi PM Paul Keating.
APEC semula diusulkan pembentukannya oleh mantan perdana menteri Australia Bob Hawke, dan didirikan pada tahun 1989 sebagai suatu kelompok dialog informal dengan jumlah peserta terbatas untuk menanggapi berkembangnya saling ketergantungan antar negara Asia-Pasifik.
Namun Keating, setelah menggantikan Hawke tiga tahun lalu, mengimpikan lebih jauh lagi mengenai APEC, dan segera ia mencari dukungan internasional, pertama-tama mengemukakan gagasannya pada tahun 1992 kepada presiden AS saat itu, George Bush. Kemudian, Keating membujuk Presiden AS Bill Clinton untuk menjadi tuan rumah pertemuan puncak APEC di Seattle tahun lalu, dan meminta Presiden Soeharto berperan aktif dalam upaya memantapkan dukungan regional bagi tercapainya kesepakatan mengenai perdagangan bebas di Asia-Pasifik.
Kini Keating optimis bahwa anggota APEC lainnya, termasuk China yang semula menunjukkan oposisi, akan menyepakati pakta perdagangan bebas. Ia mengharapkan jadwal yang realistis bagi pewujudan perdagangan bebas di Asia-Pasifik, tahun 2010 untuk negara-negara maju dan tahun 2020 untuk negara negara berkembang. Dalam pidatonya pekan lalu ia menyatakan harapannya bagi pertemuan Bogor, yang dilukiskannya sebagai pertemuan paling penting di Asia Tenggara sejak Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955 yang melahirkan Gerakan Non-Blok.
“APEC dengan kiprahnya akan memberikan gaung bagi perekonomian dan strategi pembangunan kawasan itu, serta dapat menjadi model yang baik bagi dunia keseluruhan mengenai cara pendekatan seribu tahun mendatang,”ujarnya.
Ia yakin, komitmen kepada APEC akan menjamin masa depan ekonomi Australia dan memberikan “berlipat-lipat manfaat dibandingkan perundingan Putaran Uruguay dalam rangka Persetujuan Umum mengenai Tarif dan Perdagangan (GATT),”yang menghasilkan pakta perdagangan internasional senilai 1,5 miliar dolar AS per tahun bagi Australia pada tahun 2000.
“APEC akan menjamin pertumbuhan yang berkesinambungan, penyediaan lapangan kerja, inovasi teknologi, kemajuan budaya dan meningkatnya kesejahteraan ,” kata Keating.
Karenanya ia optimis, APEC akan dapat membantu terwujudnya “negara demokratis, kaya dan dinamis seperti kita inginkan dalam abad XXI”. APEC dengan 17 anggota, yang akan segera menjadi 18, mewakili 41 persen dari perdagangan dunia dan separo dari total produksi dunia dengan total Pendapatan Nasional Kotor (GNP) tahun lalu 13 triliun dolar AS.
APEC beranggotakan Australia, Brunei Darussalam, Kanada, China, Hongkong, Indonesia, Jepang, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, Papua Nugini, Meksiko dan bulan depan menyusul Chili.
“Mereka bekerjasama mendukung pertumbuhan regional dan internasional yang menunjukkan berkembangnya kepentingan bersama meskipun ada perbedaan,” demikian Keating. (Uu-EUOl/ l/ll/9410:12/ru2)
Sumber: ANTARA (01/11/ 1994)
__________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 402-404.