TAJUK : OJO DUMEH[1]
Jakarta, Republika
Memberi tempat sebagai kepala berita (head lines), nasihat Pak Harto kepada anak-anaknya Ojo dumeh (jangan mentang-mentang) jadi anak Presiden. Walaupun tidak ada yang sangat istimewa ihwal isi nasihat itu, tetapi memang masalah itu selalu aktual. Masyarakat, bahkan para pendukung maupun pengritik Pak Harto selalu memberi perhatian khusus pada apa yang dilakukan keluarganya. Belakangan ini bahkan rupanya perhatian itu secara khusus, ditujukan pada perilaku anak-anak Presiden.
Sebaliknya kita juga yakin Pak Harto tahu tentang masalah itu. Karena itu, sepertinya jawaban yang diberikan kepada nyonya Yudiana Sujadi itu juga dimaksudkan sekaligus menegaskan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dibenak banyak orang. Sikap Pak Harto jelas dan konsisten mengenai masalah kehidupan keluarga dan kendali moral yang ditanamkan pada anak-anak dan istrinya. Yaitu agar mereka tidak menyalahgunakan jabatan dan kedudukan Pak harto selaku Presiden.
Kehidupan masyarakat dan aktivitas sosial ekonomi masyarakat Indonesia makin hari makin komplek. Walaupun kita menyadari anak-anak Presiden sebagai warga negara biasa, memiliki tanggungjawab hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara yang lain. Namun semua tingkah laku keluarga Presiden, termasuk anak anaknya, mendapat perhatian bahkan sorotan yang sering kali proporsinya melampaui kewajaran. Partisipasi mereka dalam, kegiatan sosial maupun ekonomi, sering dilihat dengan kacamata yang di dalamnya sudah mengandung harapan, dan juga praduga, yang sangat bias.
Siapa pun yang berpengalaman membesarkan anak-anaknya nisca ya akan bersaksi, bagaimana cinta kasih orangtua ingin diwujudkan dengan sikap, perbuatan dan bimbingan pada anak-anak itu dengan disertai doa dan upaya keras agar anak kita tidak jatuh nista dalam mengarungi kehidupannya. Nista baik karena miskin, karena bodoh atau apalagi karena cacad dalam konfigurasi akhlaknya.
Orangtua bertanggungjawab akan merasa harus mempertanggungjawabkan titipan Allah itu, yaitu untuk membentuknya menjadi bagian dari umat yang hasanah. Nasihat Presiden pada anak-anaknya diungkapkan dalam wisdom Jawa, “ojo kagetan, ojo gumunan, ojo dumeh” (Jangan mudah silau pada gelar atau gebyarnya dunia, jangan mudah terpesona, pada apa saja yang duniawi, jangan mentang-mentang atau suka menepuk dada karenakelebihan apa pun yang dianugerahkan Allah pada diri atau keluarganya). Kita rasakan nuansa nasihat itu sejalan dengan ajaran agama Islam yang membimbing kita untuk selalu beristigfar tatkala merasakan menghadapi cobaan apa pun. Tetapi kehidupan memang makin keras (thougn). Kita tidak boleh menyederhanakan ihwal sumber segala kemungkaran dengan menuding kekuasaan yang disalahgunakan sebagai biangnya. Dalam masyarakat yang kompleks apalagi tatkala sumber nilai dalam kehidupan makin kabur rujuknya. Inisiatif perbuatan kemungkinan bisa saja datang dari luar lingkungan kekuasaan. Misalnya dari kalangan pelaku bisnis yang harus menghadapi persaingan yang makin ketat dan tidak mengenal belas kasihan. Tak peduli kalau cara mereka menghadapi persaingan itu telah mengorbankan nama baik atau kredibilitas kekuasaan.
Sumber : REPUBLIKA (26/12/1995)
______________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 773-774.