Presiden Soeharto Menerima PM Vietnam Pham Van Dong [1]
KAMIS, 21 SEPTEMBER 1978 Pukul 10.00 pagi ini, bertempat di Istana Merdeka, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan resmi dengan PM Vietnam, Pham Van Dong. Dalam pertemuan yang berlangsung selama lebih dari dua jam itu, hadir pula Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja dan Menteri/Sekretaris Negara Sudharmono, di pihak Indonesia, serta Wakil Menteri Luar Negeri Vietnam, Phan Hien. Tamu negara dari Vietnam ini mendarat di Halim Perdanakusuma pada pukul 16.00 kemarin. Satu jam kemudian ia melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden dan Ibu Soeharto di Istana Merdeka.
Untuk menghormati PM Vietnam, malam ini Presiden dan Ibu Soeharto menyelenggarakan jamuan makan kenegaraan di Istana Negara. Dalam sambutannya, Kepala Negara mengatakan bahwa kunjungan PM Pham Van Dong adalah sangat penting dan tepat waktunya. Dianggapnya penting, karena kunjungan ini merupakan pembuka halaman baru bagi terjalinnya saling pengertian, tumbuhnya persahabatan dan kemungkinan kerjasama yang bermanfaat bagi kedua negara kita. Dan dipandangnya tepat waktu, karena kunjungan ini berlangsung justru pada saat berkembangnya kemungkinan-kemungkinan dan kesempatan-kesempatan baru bagi kita semua di kawasan ini.
Selanjutnya, Presiden mengatakan bahwa Indonesia dan Vietnam tentulah mempunyai masalah-masalah sendiri, baik masalah-masalah dalam negeri, regional maupun intemasional. Pandangan-pandangan, kepentingankepentingan dan prioritas nasional kita masing-masing mengharuskan kita untuk memberi jawab terhadap masalah-masalah yang kita hadapi. Jawaban yang kita berikan tentu saja mungkin berbeda. Akan tetapi jika kita telah mengembangkan sikap saling memahami, saling percaya dan persahabatan, maka saya yakin terbukalah lebar-lebar segala kesempatan untuk bekerjasama bagi kemanfaatan semua pihak. Demikian antara lain dikatakan Presiden Soeharto.
Sementara itu, dalam pidato balasannya PM Pham Van Dong menegaskan bahwa kunjungannya ke Indonesia saat ini adalah suatu kunjungan persahabatan. Dikatakannya pula bahwa telah menjadi keinginan bangsa Vietnam untuk melanjutkan hubungan bertetangga baik dengan Republik Indonesia atas dasar saling menghormati kedaulatan masingmasing, tidak campur tangan kedalam masalah-masalah dalam negeri, persamaan dan manfaat bersama, sesuai dengan semangat Bandung dan asas-asas serta tujuan dari gerakan non-blok. (AFR).
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 29 Maret 1978 – 11 Maret 1983”, hal 64-65. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta, Tahun 2003.