Presiden Soeharto-PM Tuanku Abdul Rahman adakan Pembicaraan Tertutup
(Penandatanganan Perjanjian Persahabatan & Perjanjian Batas Laut)[1]
SELASA, 17 Maret 1970, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan tertutup selama 45 menit dengan PM Tunku Abdul Rahman. Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh pembantu utama kedua belah pihak itu telah dibicarakan berbagai masalah, baik politik maupun ekonomi. Kepada pers, PM Tunku Abdul Rahman menyatakan bahwa sebagai hasil pertemuan, ia menjadi yakin akan satu hal, yaitu keinginan besar pihak Indonesia untuk mempererat hubungan persahabatan antara kedua Negara dan seluruh wilayah Asia Tenggara. Tunku juga menyatakan pengharapannya terhadap kepemimpinan Presiden Soeharto, yang menurutnya adalah “seorang yang benar-benar, sungguh-sungguh”.
Seusai pertemuan, dilakukan penandatanganan Perjanjian Persahabatan dan Perjanjian Batas laut Teritorial kedua negara. Perjanjian Persahabatan ini saja mencakup hubungan yang lebih erat dibidang ekonomi, sosial dan politik antara kedua negara, tetapi juga memuat pelaksanaan ejaan baru bagi kedua bangsa, pertukaran guru, dan misi kebudayaan. Perjanjian Persahabatan dan Perjanjian Batas laut Teritorial mencakup masalah-masalah daerah perairan kedua negara di Selat Malaka. (AFR)