A Sulasikin Moerpratomo: Pak Harto Pendorong Kemajuan Wanita

Pendorong Kemajuan Wanita[1]

A Sulasikin Moerpratomo[2]

Seperti kita ketahui, seluruh rakyat Indonesia menyadari sepenuhnya peranan Bapak Soeharto sebagai pemimpin bangsa yang telah menyelamatkan bangsa kita dari perpecahan yang disebabkan oleh G-30-S/PKI. Presiden Soeharto pulalah, sebagai Bapak Pembangunan, yang memimpin bangsa kita kearah kemajuan melalui pembangunan yang berencana, bertahap dan berpola. Untuk itu semua, tiada terhingga rasa terima kasih, penghargaan dan rasa hormat kita kepada beliau.

Suatu hal yang mungkin masih belum begitu disadari adalah bahwa Bapak Soeharto juga seorang Pendorong Kemajuan Wanita. Tidak sulit untuk memberikan pembuktian kepada pernyataan ini. Selama pemerintahan Orde Baru dibawah pimpinan Presiden Soeharto, kemajuan yang pesat telah diperoleh dalam upaya meningkatkan kedudukan wanita dalam keluarga dan masyarakat serta peranannya dalam pembangunan. Pencapaian yang paling penting adalah pencantuman peningkatan peranan wanita dalam GBHN 1978, 1983, dan 1988. Setelah melalui perjuangan yang sangat panjang, sejak masa jauh sebelum kemerdekaan, barulah Undang­undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dengan peraturannya pada tahunn 1975 disahkan. Kemudian diikuti pada tahun 1983 oleh Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil. Disamping itu, Indonesia juga telah meratifikasi United Nations Convention on the Elimination of all forms of Discrimination againts Women melalui Undang­undang No. 7 tahun 1984.

Seringkaii terjadi apabila kita berbicara mengenai peranan wanita dalam pembangunan, kita mendapati bahwa orang yang kita ajak berbicara itu belum begitu memahami pokok-pokok permasalahan itu. Bahkan tidak jarang kita temui adanya pengertian yang kurang tepat mengenai tujuan dan hakikat peningkatan peranan wanita dalam pembangunan sehingga kita mendapat reaksi berupa sikap yang kurang mendukung kemajuan wanita. Tetapi sama sekali tidak demikian halnya dengan Bapak Presiden. Beliau mempunyai pemikiran dan wawasan yang sangat luas mengenai peranan wanita. Kemajuan dan peningkatan peranan wanita sangat diperhatikannya. Wanita dipandangnya sebagai asset nasional yang potensial dalam pembangunan. Beliau memahami secara mendalam problema yang dihadapi, serta kebutuhan dan aspirasi wanita. Yang sangat mengherankan saya adalah bahwa beliau bukan saja mengetahui pokok-pokok permasalahan wanita saja, tetapi masalah-masalah yang kecil pun tidak luput dari perhatian beliau. Bahkan yang mengagumkan adalah beliau senantiasa dapat mengaitkan masalah peningkatan peranan wanita dengan masalah pembangunan bangsa secara keseluruhan. Beliau juga memahami aspirasi wanita pada tingkat internasional.

Bapak Presiden adalah seorang yang sangat bijaksana, sederhana, penuh pengertian dan dengan penuh kesabaran mendengarkan apa saja yang kita kemukakan. Sesungguhnyalah, beliau adalah seorang pendengar yang baik. Sikap yang sangat positif ini menyebabkan seseorang merasa dihargai, karena apa yang dikemukakannya dianggap penting oleh beliau. Saya kira keterbukaan dan kesabaran untuk mendengarkan orang lain ini merupakan ciri-ciri kepemimpinan yang arif dan mengayomi. Saya dapat mengatakan ini karena saya telah merasakannya.

Sebelum berkenalan langsung dengan Bapak Soeharto, saya telah lebih dahulu mengaguminya dari jauh sebagai pejuang. Beliau adalah Panglima Mandala yang begitu gigih dalam perjuangan untuk mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi. Selain itu, sebagai pemimpin bangsa, beliau telah berhasil mengatasi kemelut nasional yang disebabkan oleh G-30-S/PKI dengan tegas, tepat dan bijaksana. Dan beliau menjadi panutan dalam membina keluarga yang bahagia dan sejahtera.

Waktu itu rumah saya terletak di Jalan Irian, di samping tempat yang sekarang menjadi tempat parkir President Hotel, sedang beliau tinggal di sudut antara Jalan H Agus Salim dan Jalan Irian. Anak saya yang terkecil sering bermain ke sana, dan kalau ditanya dari mana, dia selalu menjawab: “Dari rumah Pak Mandala”.

Perkenalan saya secara langsung baru terjadi setelah saya terpilih sebagai Ketua Umum Kowani pada permulaan tahun 1979. Selama 10 tahun sebagai Ketua Umum Kowani, secara teratur bersama-sama pengurus Kowani lainnya saya menghadap beliau untuk melaporkan dan mohon petunjuk tentang permasalahan wanita baik di tingkat nasional maupun internasional. Hal ini kami lakukan karena Kowani merupakan wadah berhimpunnya sebagian besar organisasi wanita Indonesia. Disamping Kowani saya sendiri juga duduk dalam kepengurusan The International Council of Women (ICW) dan The ASEAN Confederation of Women Organizations (ACWO). Karena itu kegiatan Kowani tidak saja mencakup ruang lingkup dalam negeri, tetapi juga internasional.

Dengan demikian sebelum menentukan langkah penting, umpamanya untuk menetapkan suatu kebijaksanaan yang bersifat nasional atau internasional, maka kami terlebih dahulu meminta pandangan dan pengarahan beliau. Dan setiap kali kami senantiasa memperoleh pengarahan yang mantap, serta dorongan semangat untuk melaksanakan tugas pengabdian kepada bangsa dan negara dengan sebaik-baiknya. Disamping dukungan moral, kami memperoleh pula dukungan dana.

Berbicara mengenai dukungan Bapak Presiden terhadap Kowani, saya ingin mengemukakan pula mengenai peranan Ibu Negara, Ibu Tien Soeharto. Beliau adalah pelindung Kowani. Beliau juga selalu memberikan petunjuk-petunjuk sebelum kami melakukan langkah-langkah yang penting, misalnya pada waktu Kowapi akan menyelenggarakan kongres. Begitu juga pada waktu Kowani akan menghadiri pertemuan-pertemuan internasional. Oleh karena itu pengurus ICW, ACWO dan badan-badan internasional lainnya, maupun wakil-wakil dari negara lain, selalu mengatakan bahwa wanita Indonesia sangat beruntung, karena Presiden dan Ibu Negaranya menaruh perhatian yang sangat besar terhadap kemajuan wanita.

Memang di ASEAN boleh dikatakan kitalah yang paling beruntung, karena peranan pemerintah dan dukungan Presiden dan Ibu Tien Soeharto secara pribadi sangat besar serta adanya kemauan politik yang kuat. Singapura umpamanya, meskipun termasuk negara yang paling kaya, di luar Brunei, perhatian pemerintahnya terhadap kemajuan wanita masih sangat kurang. Pada waktu saya masih menjabat sebagai Ketua ACWO terjadi suatu pengalaman yang menarik. Dalam suatu kunjungan ke Muangthai, salah satu negara ASEAN, Ketua National Council (Federasi dari organisasi wanita) meminta supaya saya menulis surat kepada Perdana Menterinya agar pemerintah Muangthai mau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kaum wanita. Saya memang memenuhi permintaan itu.

Memang, kemajuan dan penjngkatan peranan wanita dalam pembangunan dan dalam menentukan masa depan bangsa sangat diperhatikan oleh Bapak Presiden dan lbu Negara. Menurut beliau, salah satu tempat pembinaannya adalah keluarga dimana peranan ibu adalah sentral. Itu sebabnya beliau selalu menekankan perlunya para ibu memberikan perhatian yang bersungguh sungguh kepada anak-anaknya. UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan juga bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada wanita dan anak­anak dengan mengupayakan kehidupan keluarga yang harmonis, bahagia dan sejahtera. Satu hal penting yang selalu’beliau tekankan dalam kaitannya dengan·masa depan bangsa ialah bahwa kita tidak boleh melepaskan diri dari nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Kedua hal tersebut harus kita tanamkan pada generasi muda, dan ini adalah tanggungjawab keluarga sebagai tempat sosialisasi anak­anak sejak tahap paling dini.

Pandangan beliau yang demikian tidak dapat kita pisahkan dari kenyataan bahwa beliau adalah seorang yang selalu memegang teguh prinsip yang telah digariskan. Sejak berdirinya Orde Baru, Pancasila dan UUD 1945 telah ditetapkan sebagai dua hal yang harus dijalankan dan diterapkan secara konsekuen ke segala bidang. Begitu konsistennya beliau dalam menjalankan prinsip-prinsip tersebut. Sebagai seorang yang diberi kepercayaan untuk menangani masalah wanita, saya merasa ditantang untuk memenuhi harapan beliau, terutama untuk membentuk manusia Indonesia yang Pancasilais melalui peningkatan kualitas wanita Indonesia.

Peningkatan peranan wanita dalam pembangunan nasional, menurut Pak Harto, tidak dapat dipisahkan dari kemajuan dan kepentingan nasional. Itulah sebabnya beliau mengangkat seorang Menteri Urusan Peranan Wanita. Tujuannya adalah supaya langkah-langkah untuk menggerakkan, mengembangkan, dan memantapkan peningkatan peranan wanita dalam pembangunan lebih terencana dan terarah, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun organisasi kemasyarakatan seperti PKK. Demikian pula yang dilaksanakan oleh organisasi-organisasi wanita yang tergabung dalam Kowani, Dharma Pertiwi, Dharma Wanita, dan organisasi profesi dan organisasi kemasyarakatan lainnya. Program-program untuk memperbaiki kesejahteraan wanita dan keluarga,. dan untuk menggerakkan mereka agar berpartisipasi secara aktif dalam segala bidang dan kegiatan pembangunan telah menyentuh sampai ke bawah.

Dalam melaksanakan upaya peningkatan peranan wanita dalam segala bidang kehidupan bangsa dan segenap kegiatan pembangunan yang sangat kompleks dan sangat luas cakupannya, saya. tidak mengalami kesukaran, karena perhatian beliau sangat besar. Misalnya sesuai dengan petunjuk beliau anggaran sektoral untuk wanita ditingkatkan kembali setelah keadaan ekonomi Indonesia membaik. Disamping itu juga Bapak Presiden selalu memberikan petunjuk mengenai berbagai permasalahan yang saya hadapi.

Bapak Presiden senantiasa menekankan bahwa pendidikan dan keterampilan wanita harus ditingkatkan agar wanita dapat mengejar berbagai ketinggalannya. Dengan demikian wanita dapat berpartisipasi secara penuh dan mampu mengikuti lajunya derap pembangunan. Beliau juga menekankan perlunya peningkatan kesejahteraan wanita, peningkatan kesejahteraan ibu dan peningkatan kesejahteraan reproduksi guna menurunkan tingkat kemaitian ibu akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.

Kemajuan yang pesat di bidang pendidikan tercermin dalam penurunan persentase penduduk wanita usia 10-44 tahun yang buta huruf. Wanita juga sudah hampir mengejar ketinggalannya dalam hal partisipasi di bidang pendidikan pada jenjang SD. Melihat kemajuan yang sudah dicapai sudah dapat dipastikan bahwa wanita akan dapat mengejar ketinggalannya pada jenjang-jenjang pendidikan diatas SD.

Berkat kemauan politik yang kuat untuk meningkatkan kedudukan wanita dalam masyarakat, dan peranan wanita dalam pembangunan, yang tercemin dalam sikap dan tindakan Bapak Presiden Soeharto, maka berbagai kemajuan telah diraih wanita Indonesia. Kemajuan ini telah diakui pula oleh dunia internasional dan regional. Pada tahun 1981 Indonesia terpilih sebagai Ketua yang pertama dari ASEAN Women’s Programme (AWP) dan ACWO. Atas dorongan Indonesia pulalah, maka AWP (wadah wakil pemerintah) dan ACWO (wadah wakil organisasi wanita) dapat dibentuk dalam Konferensi Wanita ASEAN di Jakarta. Pada tahun 1988 gerakan PKK telah memperoleh penghargaan Maurice Pate Memorial A ward dari UNICEF dan Sasakawa Health Prize dari WHO. Wakil Kowani, juga pada tahun yang sama, terpilih sebagai Wakil Ketua ICW, yang beranggotakan National Councils (federasi organisasi-organisasi wanita) dari 76 negara. Organisasi ini telah berkali-kali memenangkan UNESCO Award dalam kegiatan pemberantasan tiga buta. Indonesia juga memegang peranan yang besar dalam organisasi-organisasi internasional lainnya, seperti UNEP, International Confederation of Midwives, WUCWO, dan sebagainya.

Jiwa Pancasila tampaknya memang telah mewarnai pribadi Bapak Soeharto. Beliau tidak pernah membusungkan dada atas keberhasilan yang telah dicapai. Beliau tetap sederhana dan membiarkan orang lain yang menilai. Juga dalam pengarahan kepada saya, sebelum mengikuti kegiatan internasional, beliau memberikan petunjuk agar jangan sampai menyombongkan keberhasilan Jndonesia, tetapi memberikan kesempatan kepada badan-badan ihternasional untuk mengadakan penilaian sendiri. Demokrasi Pancasila memang mewarnai kepemimpinan Pak Harto. Beliau selalu mendorong rakyat untuk berswakarya dan berswasembada, menumbuhkan rasa handarbeni atau rasa memiliki. Karena, pemerintah, tentunya, tidak mungkin memenuhi semua tuntutan masyarikat dengan dana pembangunan yang sangat terbatas. Inilah salah satu contoh keserasian kerjasama antara pemerintah dan legislatif dimana perkembangan berikutnya dari kerjasama yang baik itu dapat menciptakan stabilitas dan keamanan negara.

Perhatian beliau terhadap kesejahteraan anak-anak sangatlah luar biasa, dan karena itu pula beliau bersedia berdiri paling depan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan anak. Kita sekarang telah memiliki Undang-undang No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Selain itu, kesediaan beliau untuk mendukung sepenuhnya gerakan imunisasi massal telah menjadi contoh bagi para kepala negara lainnya. Saya sungguh merasa bangga ketika melihat poster Bapak Presiden, yang didampingi lbu Tien, sebagai satu-satunya Kepala Negara dan lbu Negara, yang sedang memberikan imunisasi kepada bayi, terpajang di kantor pusat UNICEF di PBB, New York. Gambar beliau ini dibawa ke berbagai negara oleh Kepala UNICEF untuk dijadikan contoh bagi kepala-kepala negara lainnya. Di dunia internasional beliau dikenal sebagai seorang kepala negara yang dekat dengan anak-anak dan rakyat kecil.

Berkaitan dengan kesejahteraan dan pembentukan kepribadian anak, saya ingin mengemukakan sesuatu hal yang menarik. ltu terjadi ketika Kowani menyelenggarakan sayembara menulis cerita pengantar tidur untuk anak-anak. Bapak Presiden memahami bahwa walaupun upaya ini sekilas nampaknya tidak berarti, tetapi sesungguhnya mendongengkan kepada anak-anak merupakan salah satu aspek pengasuhan anak yang sangat penting artinya bagi penanaman nilai-nilai luhur Pancasila sedini mungkin, perkembangan intelektual dan kepribadian anak. Oleh karena itu beliau mengusulkan agar cerita-cerita hasil sayembara itu diterbitkan sebagai buku Inpres dari dijadikan bahan bacaan resmi bagi siswa SD. Dengan adanya penerbitan buku itu, Kowani memperoleh dana yang cukup besar yang kemudian dipergunakannya untuk membiayai berbagai program lainnya.

Generasi muda pun tak lepas dari perhatian beliau. la adalah penerus bangsa, pembinaan yang salah terhadap mereka akan merugikan bangsa di masa depan. Menurut beliau, salah satu tempat pembinaannya adalah keluarga, yang dalam hal ini ibu sangat memegang peranan. Itu sebabnya beliau selalu menekankan perluhya para ibu memberikan perhatian yang bersungguh-sungguh bagi anak-anaknya. Satu hal penting yang selalu beliau tekankan dalam kaitannya dengan masa depan bangsa ialah bahwa kita tidak boleh melepaskan diri dari nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Kedua hal tersebut harus kita tanamkan pada generasi muda dan ini adalah tanggungjawab keluarga sebagai tempat sosialisasi anak-anak yang dini.

Bapak Presiden dan Ibu Tien Soeharto juga selalu siap memberikan bantuan dan dukungan bagi upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan zat-zat adiktif lainnya. Beliau berdua telah bertindak sebagai ayah dan ibu bangsa yang selalu siap melindungi anak-anaknya serta membawa mereka menuju masa depan yang lebih gemilang.

Perhatian terhadap masa depan bangsa dan negara tercermin pula dalam pandangan dan sikap beliau terhadap program Keluarga Berencana serta pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup. Keberhasilan program KB juga akan meningkatkan kesejahteraan wanita. Beliau menyadari sepenuhnya bahwa tanpa pengendalian penduduk dan pelestarian lingkungan hidup, kita akan menghadapi hambatan yang serius dalam pembangunan. Seperti kita ketahui, usaha yang sungguh-sungguh dalam menangani masalah wanita memang sudah menampakkan hasilnya. Wanita telah mulai ikut serta dalam menentukan kebijaksanaan dan merencanakan pembangunan. Disamping itu kesempatan makin terbuka bagi wanita untuk berkarya dalam berbagai bidang pekerjaan. Jumlah angkatan kerja wanita meningkat dengan pesat, saat ini tingkat partisipasi angkatan kerja wanita sudah mendekati 40%. Sejak saya mulai menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, Bapak Presiden sudah selalu mengemukakan perhatiannya terhadap kesejahteraan dan perlindungan bagi tenaga kerja wanita, khususnya dalam sektor informal. Partisipasi wanita dalam bidang legislatif juga sangat menonjol dibandingkan dengan negara-negara bcrkembang lainnya. Bahkan ditempatkan pada urutan nomor 4 diantara 30 negara Asia-Pasifik, yang termasuk wilayah ESCAP.

Urusan peningkatan peranan wanita, seperti yang selalu diungkapkan oleh Presiden, bukanlah hanya merupakan tanggung jawab wanita saja, tetapi tanggung jawab seluruh bangsa Indonesia. Karena, ia merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam hal ini beliau tidak hanya melihat dan memikirkannya untuk masa sekarang saja, tetapi juga mempunyai wawasan yang menjangkau jauh ke masa depan. Sikap beliau yang lemah lembut dan kearifan beliau yang sangat menonjol membuat kami, para pembantu beliau, merasa diayomi. Kepemimpinan beliau yang seperti ini telah menimbulkan suasana yang bersifat kekeluargaan. Terhadap keluarga para pembantupun, perhatian beliau selalu besar. Hal ini membawa pengaruh yang besar terhadap suasana hubungan kami semua. Sikap beliau yang ramah dan terbuka itulah yang dapat menghilangkan jarak antara beliau sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan dengan para menteri sebagai pembantu beliau. Tepatlah kalau dikatakan bahwa beliau adalah The Smiling President. Senyumnya adalah juga milik rakyatnya, milik kita semua.

***



[1]     A Sulasikin Moerpratomo, “Pendorong Kemajuan Wanita”, dikutip dari buku “Di Antara Para Sahabat: Pak Harto 70 Tahun” (Jakarta: PT. Citra Kharisma Bunda, 2009), hal 430-438.

[2]     Menteri Negara Urusan Peranan Wanita dalam Kabinet Pembangunan V.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.