ADB TIDAK PERNAH PAKSAKAN PERSYARATAN KEPADA PENERIMA BANTUAN

ADB TIDAK PERNAH PAKSAKAN PERSYARATAN KEPADA PENERIMA BANTUAN

 

 

Jakarta, Antara

Bank Pembangunan Asia (ADB) tidak pernah memaksakan persyaratan ataupun keinginannya kepada negara yang akan menerima bantuan ADB karena yang dilakukannya justru menanggapi permintaan negara yang menginginkan bantuannya.

Sikap ADB untuk tidak memaksakan keinginannya kepada penerima bantuan ditegaskan salah seorang direktur eksekutif ADB, Heinz Buhler kepada wartawan sesudah mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto di Bina Graha, Selasa.

Buhler bersama tujuh direktur eksekutif ADB lainnya menemui Kepala Negara untuk menjelaskan kebijaksanaan dasar ADB. Salah seorang tamu tersebut adalah Sofyan Djajawinata dari Indonesia.

“Bank tidak memaksakan sesuatu kebijaksanaan kepada negara-negara (penerima bantuan, red), tapi justru menjawab atau menanggapi kebutuhan negara bersangkutan,”kata Buhler.

Dicontohkan, dimasa silam bantuan ADB kepada Indonesia banyak dipusatkan pada pengembangan sektor pertanian sesuai dengan kebijaksanaan Indonesia. Indonesia selama ini menerima lima miliar dolar AS dari ADB.

Selama dua-tiga tahun terakhir ini, tiap tahunnya rata-rata diberikan bantuan 570-580 juta dolar/ tahun kepada Indonesia, kata Buhler. Namun diperkirakan bantuan itu akan meningkat di masa mendatan g, misalnya untuk tahun ini sekitar 700 juta dolar.

Dalam kesempatan itu, kepada Buhler ditanyakan apakah ADB akan mengikuti jejak Bank Dunia yang menetapkan masalah pelestarian lingkungan sebagai salah satu prasyarat bagi setiap proyek yang ikut dibiayainya.

Ketika menjawab pertanyaan itu, Buhler mengatakan ADB memang berpendapat masalah lingkungan memang harus diperhatikan dalam membangun setiap proyek. Namun masalah lingkungan belum dijadikan prasyarat bagi penyaluran bantuan ADB. “Kita memang memantau kegiatan setiap proyek. Namun hal itu bukanlah prakondisi (prasyarat, red),” kata Buhler.

Sementara itu, Direktur Eksekutif ADB dari Indonesia, Sofyan Djajawinata mengatakan ADB memang condong untuk memasukkan persyaratan pentingnya usaha mempertahankan lingkungan bagi proyek-proyek yang ikut dibiayainya.

“ADB juga condong sebagaimana Bank Dunia. Dalam setiap laporan ADB juga menilai masalah lingkungan,” kata Sofyan yang semula berbicara dalam Bahasa Indonesia namun kemudian berbahasa Inggris agar bisa dimengerti para direktur eksekutif ADB lainnya.

 

 

Sumber : ANTARA (17/10/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 490-491.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.