Allah Melindungi Anda

Jakarta, 28 Mei 1998

Kepada

Yth. Bapak H.M. Soeharto sekeluarga

di Tempat

ALLAH MELINDUNGI ANDA [1]

 

Assalamu’alaikum wr. wb.

Semoga Bapak sekeluarga sehat wal’afiat dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT. Saya sangat memahami kondisi Bapak saat ini, namun saya yakin Bapak sebagai orang Muslim yang taat, akan senantiasa tabah menerima semua ujian ini dan menyerahkannya kehadirat Allah SWT.

Memang benar, saat ini banyak orang yang tidak menyenangi Bapak sekeluarga, namun ketahuilah masih jauh lebih banyak orang-orang yang tetat menyenangi Bapak sekeluarga dan kalaupun seluruh bangsa ini tidak menyenangi Bapak, masih ada keluarga termasuk saya sekeluarga yang tetap menyenangi Bapak. Seandainya semuanya toh tidak menyenangi Bapak sekeluarga, masih ada Allah SWT yang tetap menyenangi Bapak sekeluarga. Bapak tidak sendiri, Bapak tidak perlu berkecil hati.

Allah tidak pernah lalai, khilaf tidur, benci apalagi dendam, Allah tidak hanya melihat dari sisi negatifnya saja, namun Allah juga melihat seseorang dari sisi positifnya. Tidak seperti manusia yang melihat orang lain dari segi negatifnya saja, seolah-olah orang lain begitu buruk, sementara dirinya sendiri sesungguhnya jauh lebih buruk.

Saya tidak rela Bapak sekeluarga diperlakukan tidak adil, terutama oleh orang-orang yang selama ini Bapak besarkan. Mereka bisa seperti sekarang, tidak lain karena jasa Bapak, namun pada saat seperti ini mereka cuci tang an bahkan mencaci maki Bapak. Sungguh manusia tidak berbudi, air susu dibalas air tuba. Saya sedih, menangis, tidak jarang di tengah mal am bang un untuk shalat dan memanjatkan do’a kehadirat Allah untuk keselamatan Bapak sekeluarga. Saya orang kecil, tidak bisa berbuat apa-apa, saya hanya bisa mengadu kepada Allah, karena hanya Allah lah Dzat yang Maha Adil lagi Bijaksana. Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya teraniaya. Pada kondisi seperti ini meski secara phisik saya jauh dengan Bapak, namun hati dan jiwa ini terasa dekat bahkan menyatu dengan Bapak sekeluarga.

Memang saya pernah berkirim surat sewaktu saya sedang bertugas di Bosnia, meski sampai saat ini pun belum menerima balasan, ini semua tidak menjadi masalah. Namun saat-saat seperti ini kerinduan saya tidak tertahankan lagi untuk dekat dengan Bapak sekeluarga, karena pada saat Bapak sekeluarga jaya, Bapak tentunya senantiasa dikelilingi oleh orang-orang dengan berbagai macam kepentingan. Namun pada saat seperti ini, tentunya mereka pelan-pelan menjauhi bahkan dengan ringannya cuci tangan dan mencaci maki. Memang begitulah manusia, kita memang sulit membedakan mana sahabat mana teman.

Mudah-mudahan Bapak tabah menghadapi semua ini, dan Allah senantiasa melindungi. Bapak sekeluarga tidak perlu sedih, masih ada Allah tempat mengadu dan masih ada Allah yang akan senantiasa melindungi Bapak sekeluarga, apapun tidak akan terjadi tanpa seizin Allah, dan apa yang diputuskan Allah itu adalah terbaik untuk hamba­ Nya dan Allah tidak akan mencoba melebihi kemampuan hamba-Nya

Sekian dulu surat dari saya, Insya Allah akan saya sambung lagi.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 482-483. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.