Amerika Keplok-Keplok

Semarang, 30 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak H. M. Soeharto

ditempat

AMERIKA KEPLOK-KEPLOK [1]

Assalamu’alaikum wr. wb.

Dengan segala hormat dan dengan segenap keberanian, saya ingin menyampaikan simpati, dukungan dan perhatian saya pada situasi yang menimpa Bapak khususnya dan situasi negara akhir-akhir ini.

Lama saya ingin menulis sesuatu, tetapi saya tidak tahu alamat Bapak yang pasti.

Saya seorang ibu dari seorang putri yang mengagumi kepemimpinan Bapak. Pada saat orang menghujat dan menjelek-jelekkan Bapak, anak saya yang berusia 12 tahun pun selalu ikut membela. Dia katakan “wong-wong ki senenge ngelek-ngelek ora ngerti yen dikeploki Amerika” (Orang-orang senangnya menjelek-jelekkan, tidak tahu kalau Amerika bersorak-sorai).

Pada saat Bapak menyampaikan pidato pengunduran diri, kami sampai menangis terharu. Kami merasa, kenapa banyak orang tidak punya perikemanusiaan, memperlakukan orang tua tidak semestinya, paling tidak membiarkan pemerintah berusaha.

Sekarang, akibat kerusuhan, harga beras kembali naik. Bahkan semua barang harganya semakin menakutkan. Sangat terasa bagi kami yang cuma rakyat kecil.

Bapak Soeharto, nyuwun sewu, duka, kalau yang akan saya sampaikan ini agak menyimpang dari yang saya sampaikan di depan. Jangan Bapak berprasangka orang Jawa ngalem dulu baru minta. Tapi simpati saya benar-benar tulus.

Pak, saya ibu dari seorang putri yang saat ini baru lulus kelas VI SD dengan NEM yang tidak terlalu mengecewakan. Selama kelas I – VI selalu masuk 10 besar di SD yang agak favorit di lingkungan Semarang Utara.

Selama ini saya mencari uang sendiri dengan berjualan bensin eceran. Kadang saya ikut proyek (Survey & Sensus) di kantor statistik. Dari situlah kami berdua mendapatkan biaya untuk hidup. Karena suami saya tidak memberikan tunjangan apapun. Dan saya tidak ingin meminta apapun dari dia.

Selama ini saya selalu inginkan yang terbaik untuk anak saya. Sekolah di SD pun saya pilihkan yang bagus mutunya, karena saya pikir dia mampu.

Tetapi Pak, sedih sekali akhir-akhir ini, karena semua harga naik setelah kerusuhan ini. Sedang penghasilan saya dari berjualan bensin eceran sehari hanya Rp. 5.000,00. Bagaimana saya bisa menyekolahkan anak saya di SMPN yang mutunya bagus. Bukan rahasia lagi kalau SMPN yang mutunya bagus pastilah meminta uang gedung yang besar, meski pemerintah belakangan ini menetapkan SD – SMP bebas SPP.

Bisakah Bapak memberikan bantuan? Saya sangat berharap anak saya sekolah dengan hasil yang maksimal. Berikut saya sertakan hasil EBTA anak saya, agar Bapak ketahui. Dan bisakah saya minta foto keluarga dan buku biografi Bapak, karena tidak terbeli oleh saya.

Begitu banyak yang saya tulis, semoga Bapak memberikan maaf atas kelancangan saya. Dan restu untuk anak saya sehingga menjadi anak yang soleh dan berguna. (DTS)

Hormat saya,

Minarsih

Semarang – Jawa Tengah

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 139-140. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.