AMNESTI BAGI FRETILIN [1]
Jakarta, Merdeka
Amnesti bagi Fretilin yang diumumkan Presiden Soeharto dalam pidato 16 Agustus didepan DPR mungkin topik yang paling menonjol dalam pidato kenegaraan yang cukup panjang itu. Fikiran yang ditimbulkan oleh pengumuman itu cukup beraneka ragam dan ini menambah kepada pergaulan politik di Jakarta tafsiran-tafsiran baru tentang masalah Fretilin dan keamanan di Timor Timur.
Segi politis masalah tadi dari satu sudut dapat menimbulkan anggapan bahwa keadaan sudah sedemikian rupa ada jaminan dari segi keamanan sehingga faktor Fretilin tinggal menanti penyelesaian akhirnya saja.
Amnesti yang diumumkan Presiden dapat membantu mendorong hal itu. Namun dari sudut lain orang juga menafsirkan bahwa pengumuman itu mungkin hanya merupakan suatu operasi politik yang harus dilakukan untuk, membantu operasi militer yang sedang dilancarkan untuk menundukkan sisa-sisa Fretilin.
Dari pengamatan terhadap pas-propaganda yang tersedia dalam anggaran belanja propinsi Timor Timur yang diumumkan Pemerintah baru-baru ini, biaya untuk sektor penerangan memang cukup besar dibandingkan dengan beberapa sektor lainnya. Itu berarti bahwa sekalipun proses integrasi telah ditingkatkan dan berbagai usaha untuk memperkokoh proses itu telah dilakukan secara serius oleh Pemerintah, operasi untuk memenangkan kepercayaan rakyat daerah itu, terutama mereka yang belum sadar digunung-gunung, masih memerlukan prioritas.
Bertolak dari hal itulah amnesti Presiden kita hubungkan dengan aspek sekuriti dan operasi militer untuk memberantas, sisa-sisa Fretilin. Bagaimanapun kita mendukung diperhebatnya jaminan bagi rakyat setempat bahwa proses integrasi dengan Indonesia tidak mengandung kemungkinan-kemungkinan yang membahayakan terhadap hari depan mereka dan kedaulatan mereka untuk menguasai dan membina daerah mereka sendiri dalam rangka otonomi daerah sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum Indonesia.
Tetapi kita juga melihat bahwa masih bertahannya Fretilin di gunung-gunung merupakan satu halangan bathin yang besar buat Indonesia dalam menjalankan semua skema politik yang layak buat daerah itu. Yang menjadi pertanyaan bagi kita ialah berapa kiranya besarnya sisa-sisa Fretilin yang masih ada. Keterangan samar-samar tentang itu selalu tidak menyakinkan kita tentang kekuatan Fretilin menurut perkiraan Indonesia jika kita hubungkan dengan masih besarnya biaya operasi.
Kita harapkan agar dibalik amnesti yang sudah, dikumandangkan Presiden, rakyat Indonesia juga diberi penerangan (bersama saudara-saudaranya di Timor Timur) bagaimana sebenarnya keadaan Fretilin sekarang ini dan kekuatan fisik serta persenjataan mereka. Sebab walaupun Pemerintah mengatakan bahwa Fretilin kini hanya segelintir yang sisa, toh problim politik dan militer yang bersangkutan dengannya kelihatannya kok masih belum akan selesai juga.
Basis internasional mereka masih kuat, bahkan di Australia mereka memiliki semacam dewan politik dalam pengasingan yang disebut, Kongres Nasional Timor yang dipimpin oleh unsur-unsur Timor Timur yang menghindar dari wilayah itu selama terjadi kekacauan dan konfrontasi fisik tahun lalu.
Dan amnesti itu sendiri memberikan bahwa segi operasi fisik itu rupanya begitu sulit sehingga perlu ditopang oleh usaha-usaha politis untuk melembutkan hati para pemberontak yang masih bersarang di daerah pegunungan Timor Timur yang merupakan medan militer yang sulit itu. (DTS)
Sumber: MERDEKA (20/08/1977)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 406-407.