Angkatan ’45 Harus Mempunyai Tekad: TAK MENINGGAL KAN MASALAH YANG PELIK
Tomohon, Merdeka
Presiden Soeharto mengingatkan, dalam meninggalkan panggung sejarah bangsa, Angkatan 45 harus bertekad untuk tidak meninggalkan masalah-masalah pelik yang akan membahayakan generasi penerus dan generasi-generasi selanjutnya.
Berbicara pada pembukaan Musyawarah Besar Nasional (Mubenas) VIII Angkatan 45 diBukit Inspirasi Tomohon, sekitar 20 km arah selatan Manado, Sulawesi Utara, Rabu pagi selanjutnya Kepala Negara mengemukakan, Angkatan 45 merasa sangat berbahagia, karena sejarah telah memberi kesempatan menjadi generasi pembebas.
Maksudnya, generasi yang membebaskan bangsa dari cengkeraman penjajah, sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat.
Setelah merampungkan tugas menegakkan dan mempertahankan Republik Proklamasi maka Angkatan 45 telah dapat mengantarkan bangsanya ke era pembangunan.
Disebutkan, hampir setengah abad lamanya Angkatan 45 menyumbangkan darma baktinya bagi perjuangan bangsa. Kehadiran suatu generasi dalam sejarah biasanya hanya berlangsung setengah abad. Karena itu, kurun waktu sekarang merupakan bagian-bagian akhir dari darma bakti Angkatan 45 kepada bangsa Indonesia.
Adapun mengenai tekad untuk tidak meninggalkan masalah-masalah pelik yang akan membahayakan generasi penerus, Kepala Negara menegaskan bahwa Angkatan 45 menghayatinya. Terutama, karena dorongan tanggungjawab sebagai pejuang guna terus mengabdi kepada negara yang kita tegakkan, kita pertahankan, kita bangun dan kita cintai bersama agar seterusnya dapat dilanjutkan, ditingkatkan dan disempurnakan oleh generasi demi generasi yang akan datang sepanjang masa.
“Secara mendasar masalah-masalah pelik itu telah kita lampaui dan kita rampungkan secara tuntas, dengan penegasan kita semua bahwa Pancasila adalah satu-satunya azas dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara ,” tambahnya.
“Demikian pula penegasan kita bahwa pembangunan nasional yang kita laksanakan sebagai pengamalan Pancasila.”
Ini, menurut Presiden merupakan jaminan bahwa pembangunan bangsa selanjutnya di tengah-tengah peradaban umat manusia yang akan penuh cobaan, karena kemajuan ekonomi serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan yang luhur sebagaimana diamanatkan oleh para pendahulu.
“Angkatan 45 merasa lega bahwa tuntasnya masalah yang sangat mendasar ini justeru berlangsung di tengah-tengah kurun waktu Angkatan 45 masih menyumbangkan pikiran dan tenaga kepada bangsa dan negaranya,” kata Presiden.
Pedoman Jiwa
Dari arena Mubenas, wartawan Merdeka Agus Salim Suhana melaporkan, dalam kesempatan itu Ketua Umum Dewan Harian Nasional (DHN) Angkatan 45 Surono mengharapkan Mubenas dapat menghasilkan pedoman jiwa, semangat dan nilai nilai perjuangan 45 yang nantinya diwariskan kepada generasi penerus.
“Kalau pedoman ini sudah ada” katanya, nantinya diserahkan kepada pemerintah dan diharapkan dapat disampaikan kepada generasi muda melalui jalur pendidikan.
Suruno yakin Angkatan 45 sebagai kekuatan moral senantiasa akan terus memberi dorongan agar generasi penerus dan generasi muda tetap dalam garis lurus idealisme perjuangan.
Sekjen DHN Angkatan 45 Gatot Suwagio melaporkan dalam Mubenas diikuti oleh 637 peserta serta peninjau dan undangan. Mubenas membahas pokok-pokok kebijaksanaan organisasi Angakatan 45 untuk masa bhakti 1988-1992, pemilihan pengurus serta menyempurnakan pedoman umum pelestarian jiwa, semangat dan ni lai nilai 45.
Dalam kesempatan tersebut Gubernur Sulawesi Utara CJ. Rantung juga memberikan sambutan.
Setelah pembukaan acara kemudian dilanjutkan dengan siang pleno pertama dipimpin oleh ketua Umum DHN 45 Surono yaitu pengesahan tata tertib dan jadwal sidang termasuk pemilihan pimpinan sidang.
Ketua sidang terpilih Soepardjo Rustam didampingi para anggota mewakili Pulau Sumatera yakni bekas Gubernur Asnawi Mangku Alam mewakili Pulau Kalimantan Syamsir Alam mewakili Pulau Sulawesi CJ Rantung dan mewakili Indonesia bagian timur Carolus ditambah seorang Sekretaris yaitu Sekjen DHN Gatot Suwagio.
Setelah pimpinan sidang diserah terimakan dari ketua Umum DHN 45 kepada pimpinan sidang yang baru terpilih, maka acara dilanjutkan dengan laporan ketua Umum DHN angkatan 45 mengenai pertanggungjawaban masa bakti 1984-1988. laporan tersebut hanya disampaikan pengantarnya aja, karena selengkapnya telah dibagikan sebelum Mubenas.
Sidang Pleno selanjutnya menurut acara yang telah disusun akan dilangsungkan Kamis pagi ini untuk mendengarkan tanggapan, saran dan pendapat dari masing-masing utusan Dewan Harian Daerah (DHN) angkatan 45.
Calon Ketua Umum
Dalam arena sidang kini mulai ramai dibicarakan siapa yang akan dipilih atau menjadi ketua Umum DHN 1945 masa bhakti 1988-1992 yang pemilihan ormasnya akan dilakukan pada hari terakhir jumat (22/7).
Menurut keterangan yang diperoleh Merdeka untuk ketua Umum DHN Angkatan 45 ini besar kemungkinan masih tetap akan dipegang oleh Surono, tetapi dari sumber lain juga dapat diperoleh keterangan Bahwa Soepardjo Rustam yang kini menjabat Menteri Kordinator
Kesejahteraan Sosial besar dugaan untuk menduduki jabatan DHN Angkatan 45 itu. Dugaan itu menurut sumber dikalangan peserta lebih tampak lagi ketika Soepardjo terpilih jadi pimpinan sidang.
HJ. Naro salah satu anggota dewan paripuma nasional Angkatan 45 atas pertanyaan wartawan mengatakan, kalau Surono masih bersedia akan lebih baik lagi kalua jabatan ketua umum tetap dipegangnya, namun Ketua Umum DPP-PPP itu mengharapkan salah satu menteri apakah itu Menteri Dalam Negeri Rudini atau Menteri Soepardjo Rustam juga menjadi salah seorang ketua.
Naro mengatakan siapapun yang menjadi pengurus tentunya diharapkan dapat memimpin organisasi sesuai missinya dan dapat terus memperjuangkan apa yang dicitacitakannya.
Namun dia minta dalam kepengurusan mendatang ini pesonil dari kalangan generasi muda diharapkan lebih banyak lagi jumlahnya untuk acara estafet menggantikan generasi pendahulunya.
Ceramah
Pada hari pertarna, para peserta Mubenas juga mendengarkan ceramah Menko Ekuin, Radius Prawiro dengan thema “tantangan masa depan perekonomian Indonesia”.
Radius membagi dua pokok tantangan yang dihadapi Indonesia dewasa ini yaitu tantangan internasional dan tantangan dalam negeri.
Disebutkan salah satu tantangan Internasional itu adalah berkembangnya teknologi modern di negara-negara maju Misalnya benda benda kecil yang cukup canggih untuk kebutuhan hidup manusia.
Benda-benda kecil itu misalnya untuk komunikasi, industri, kesehatan dan lain lain tentu saja menggunakan bahan baku yang lebih irit, bahkan lebih murah harganya seperti dibuat dengan benda sintetis. Umpamanya barang-barang besi diganti dengan plastik dan sebagainya.
Menurut Radius, adanya perubahan seperti itu memang wajar dan rasional mengingat penduduk dunia semakin besar jumlahnya sedangkan di lain pihak kebutuhan bahan baku juga terus berkurang.
“Jadi dengan sendirinya manusia modern terus berusaha agar kebutuhan itu dapat dipenuhi dengan bahan yang jumlah yang kecil serta efesien,” katanya.
Sedangkan keadaan seperti ini berpengaruh pada negara-negara berkembang yaitu mau tidak mau harus bisa mengikuti teknologi yang dikembangkan oleh negara maju itu. Adapun yang menjadi tantangan adalah bagaimana negara negara berkembang seperti Indonesia itu dapat pula mengembangkan teknologi maju tersebut.
”Disini semangat juang seperti yang dimiliki oleh generasi Angkatan ’45 itu dituntut dan harus dimiliki oleh generasi muda sebagai modal dasar perjuangannya,” katanya.
Sedangkan tantangan internasional lainnya adalah menurunnya nilai dolar AS terhadap mata uang asing lainnya seperti Yen Jepang yang ini juga besar pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia.
Menurut Radius tantangan yang ada di dalam negeri yang paling utama dan cukup rumit adalah meningkatnya jumlah angkatan kerja, sementara kesempatan kerja itu sendiri semakin sulit.
Namun Menko Ekuin itu mengemukakan bahwa sektor pertanian merupakan harapan yang dapat menjawab tantangan tersebut di disamping pengembangan sektor industri kecil di pedesaan, karena ini dapat menyerap tenaga kerja.
“Apalagi kalau industri itu hasil produksi diorientasikan untuk ekspor,” demikian Radius.
Sumber : Merdeka (21/07/1988)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 407-410.