Kebumen, 5 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak H.M. Soeharto
Jakarta
APAKAH MEREKA SEMPURNA? [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Hari itu Kamis tanggal 21 Mei 1998, Bapak dengan tegar menyerahkan kepemimpinan negara kepada Wakil Presiden Bapak BJ. Habibie. Kami sekeluarga benar – benar terenyuh, terharu dan sedih.
Betapa tidak, Bapak yang telah 32 tahun berusaha membawa negara, bangsa dan rakyat untuk dapat tegak berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain, dipaksa lengser dengan cara yang kasar, ‘saru’ dan kurang ajar. Mereka menamakan diri kaum Reformis bahkan Pahlawan Reformasi.
Pahlawankah mereka, yang telah menyulut timbulnya huru – hara, perusakan kota, pembakaran -pembakaran dan penjarahan harta yang bukan miliknya? Banyak korban harta, jiwa dan para penjaga negara (aparat) yang dengan rasa tanggung jawab malah menjadi terdakwa. Tega – teganya mereka merusak tatanan negara, kehormatan, dll.
Kini Mereka terus menuntut semua yang ada di negeri ini untuk reformasi. Benarkah mereka sendiri telah sempurna dalam kehidupannya. Heran saya, dimanakah loyalitas para pembantu Bapak, para pejabat negara yang dulu bersama – sama Bapak membangun negeri ini? Mestinya mereka dapat sedikit berbicara baik untuk menjaga kehormatan mantan Presiden saya.
Bapak Presiden yang sangat kami hormati, semoga Bapak tetap tabah dalam menghadapi situasi saat ini. Semoga Bapak tetap dapat mengasuh putra – putri dan cucu – cucu dengan sebaik – baiknya, sebagaimana pernah Bapak sampaikan. Semoga Bapak sekeluarga masih dapat kami jumpai walaupun lewat media massa.
Saya do’akan semoga Bapak beserta keluarga senantiasa dalam lindungan dan bimbingan-Nya.
Amin. (DTS)
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Eko Sudarmadi
Ds. Katosari – Kebumen
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 356-357. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.
Satu pemikiran pada “Apakah Mereka Sempurna ?”
maklum kalau bapak2 yg dekat dgn beliau ikut bicara mereka tqaku dikatakantidak reformis