Tangerang, 24 Juli 1998
Kepada
Yth. Bapak Mantan Presiden Soeharto
Jalan Cendana Nomor : 5
Jakarta
BADUT – BADUT [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Salam hormat dan sejahtera selalu ……..
Sembah sungkem saya kepada Bapak, maaf sebelumnya apabila saya telah mengganggu istirahat Bapak di rumah. Semata-mata hanya ingin menghibur dari rasa panggilan hati yang paling dalam, sedih rasanya saya banyak mendengar dan membaca dari mas media masa yang selalu bernada minor memojokkan dan menghujat Bapak, hati saya tidak terima Bapak diperlakukan seperti itu.
Dulu sewaktu Bapak masih menjabat sebagai Presiden RI mereka mengelu – elukan Bapak, sekarang setelah Bapak lengser Keprabon mereka banyak mencaci maki, sungguh di luar dugaan mereka sampai berbuat begitu. Banyak badut – badut berpolitik untuk mengamankan dirinya bahkan mencari jabatan dan nama di mata rakyat dengan cara mengkambinghitamkan Bapak serta putra -putri Bapak sungguh suatu perbuatan yang sangat keji, sementara banyak rakyat akhirnya menderita dan terbengkelai dengan keadaan sekarang ini, maka saya sebagai rakyat jadi mengkilasbalikkan dan berpikir apa yang telah didawuhkan Bapak “bahwa apakah dengan mundurnya saya akan dapat menyelesaikan masalah (Negara)”.
Betul-betul kata-kata itu saya masukkan ke dalam hati yang paling dalam serta membenarkan kata-kata itu. Namun saya sebagai rakyat kecil tidak dapat berbuat banyak sekarang banyak bertanya dalam diri saya, “Apakah yang dapat saya perbuat untuk negara dan bapak khususnya secara pribadi, karena saya sendiri adalah pengagum dan pecinta figur wibawa pemimpin seperti Bapak.
Akhir-akhir ini mereka juga banyak memojokkan Bapak tentang Jasa Bapak selama ini, seperti penghargaan terhadap Bapak yang berbentuk rumah dan perlengkapannya dengan nilai rupiah 26,5 miliar apa salahnya? Saya pikir wajar karena Bapak telah banyak berjasa dengan membawa bangsa dan negara Indonesia ini menjadi negara pembangunan dan telah sejajar dengan bangsa lain bahkan Bapak di mata saya adalah figur Bapak Pembangunan sejati, terlepas dari masalah kekurangan dan kelebihan insan Allah Swt, lawong saya sendiri yang telah berkeluarga saja sangatlah rumit menjadi kepala keluarga apalagi Bapak yang menjadi Kepala Negara tercinta ini.
Saya pikir pantas Bapak menerima jasa dari Pemerintah bahkan kalau saya pikir tidak dapat dinilai dengan rupiah.
Akhir kata lega rasanya karena setelah sesampainya surat ini di kediaman Bapak karena uneg – uneg dan rasa prihatin saya telah sampai kepada Bapak, figur Bapak selamanya tak akan pernah hilang di dalam hati saya yang paling dalam. Semoga Bapak selalu diberi ketenangan dari cobaan ini, dan diberi kesejahteraan selalu oleh Allah Swt. Amin. (DTS)
Dari yang selalu membanggakan
Dan menghormati Bapak
Agus Budhihardjo
Tangerang
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 276-277. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.