Kepada
Yth. Bapak Soeharto
Jl. Cendana No. 8
Jakarta Pusat
BAGAI MATAHARI [1]
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada saat aku dilahirkan dan pada saat aku dimatikan dan pada saat aku dibangkitkan hidup kembali (QS Maryam ayat 33)
Bapak Soeharto Matahari Bangsaku ….
77 tahun kau makin mendalami hakekat dan tujuan hidup yang sebenarnya.
Di hari bersejarahmu kau menghadapi ujian yang teramat berat namun senjata ampuh telah kau miliki yakni Shalat dan sabar sebagai penolongmu. Kau difitnah tetap kau menghadapinya dengan lapang dada karena merasa berada di jalan yang benar dan kau tahu bahwa fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan, tapi kau punya prinsip meski satu dunia orang menghakimimu, menghujatmu, mencaci makimu, menghinamu, menjatuhkanmu kau tak akan gentar, kecewa apalagi marang karena dunia bukanlah pengadilan terakhir.
Dan Allah tidaklah pernah tidur melihat segala pengabdianmu untuk Bangsa dan Negaramu.
Bapak Soeharto Matahari Pertiwi ….
Bapak 77 tahun usiamu, kau semakin, mendalami dan semakin bijak menilai mana orang mana tipe “Tembok berbalut Sutra” mana tipe sejati yang tanpa tendensi apapun semata Lillahi taala.
Dan teman seperti itu hanya di dapat dari mereka yang memiliki kebersihan hati dan menghayati Qur’an yang sesungguhnya.
Bapak Soeharto Nasionalis sejati ….
Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga tapi Bapak tetap yakin tidak mungkin Allah membebani umat-Nya apa yang tidak mampu dipikulnya, yang pasti Bapak makin kaya, kaya hati. Budi, jiwa, pengalaman, pengetahuan (kekayaan yang sifatnya abadi sebagai bekal dunia akherat). Di jaman edan ini perbuatan baik, pengorbanan tulus, dianggap pengkhianat demikian pula sebaliknya, itulah konsekwensi.
Sabda Nabi:
“Mencintai Negeri & Bangsa bagian dari Iman” Harga diri, nyawa sekalipun menjadi taruhannya. Nanda salut & bangga akan ketabahanMu. Betapa kau sabar dan begitu memaklumi. Masyarakat yang “Majemuk ini” sehingga segala yang kau perjuangkan belum sampai jangkauan pemikirannya. (DTS)
Wassalam
Sembah sujud
Ananda Anna
Jakarta Selatan
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 293-294. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.