Bantaeng, 16 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak M. Soeharto Mantan Presiden RI
di Kediaman
BAGI SAYA, BAPAK TETAP PRESIDEN [1]
Dengan hormat,
Sebelumnya saya minta maaf kepada Bapak atas keberanian saya menulis surat di saat situasi tidak memungkinkan atau dalam keadaan krisis. Dan saya minta maaf sebesar-besarnya apabila surat saya ini mengganggu Bapak. Sebenarnya saya sangat sedih sekali atas pengunduran diri Bapak dari jabatan sebagai Presiden RI.
Tapi saya tak akan melupakan jasa-jasa Bapak selama ini terhadap bangsa Indonesia. Bagi saya Bapak adalah Pahlawan dan sekaligus masih Presiden. Mudah-mudahan Bapak dan keluarga dalam keadaan sehat-sehat dan diberi kekuatan iman.
Tujuan saya mengirim surat selain menanyakan keadaan Bapak sekeluarga, yakni meminta keikhlasan hati Bapak untuk memberi seperangkat alat sekolah kepada saya.
Mungkin Bapak bertanya mengapa saya meminta seperangkat alat sekolah? Karena alat sekolah lagi mahal-mahalnya dan kami sekeluarga tidak mampu membeli perlengkapan tersebut.
Akhir kata saya ucapkan assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya. (DTS)
Dari,
Indra Surya Mulyani Latief
Bantaeng – Sulawesi Selatan
NB: Salam untuk Mbak Tutut sekeluarga.
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 421. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.