Jakarta, 5 Oktober 1998
Kepada
Yth. Bapak H. M. Soeharto
di Jl. Cendana
Jakarta
BAHAN RENUNGAN [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Bapak H.M. Soeharto yang kami hormati, izinkanlah saya menyampaikan sekedar renungan, kiranya ada gunanya.
Tujuan hidup kita di dunia, pada hakikatnya adalah untuk mencari dan mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya bagi kehidupan akhirat. Kehidupan kita di akhirat nanti akan ditentukan oleh banyak sedikitnya bekal yang kita bawa dari dunia yakni pahala. Kehidupan dunia adalah arena untuk mengumpulkan pahala bagi kehidupan akhirat, oleh karenanya seluruh fasilitas yang kita miliki pada hakikatnya adalah sarana untuk kelancaran bertaqwa saja. Hati-hatilah terhadap harta yang kita miliki, karena ia dapat menjadi bahan utama pelampiasan hawa nafsu.
Orang yang sukses bukan orang yang berhasil mengumpulkan harta ataupun pangkat yang tinggi, tetapi orang yang berhasil mengumpulkan pahala yang banyak. Semoga amal ibadah Bapak selama ini bukan karena mengharapkan imbalan surgawi dan juga bukan karena takut neraka, melainkan sebagai balas jasa karena menyadari betapa besar anugerah Allah yang telah Bapak terima.
Akhirnya saya doakan semoga Bapak tabah menghadapi cobaan yang berat ini dan sisa waktu yang sangat berharga ini dapat digunakan sebaik-baiknya. (DTS)
Wassalam,
H. Sudiyanto
Jakarta
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 621. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.