BALI BERTERIMA KASIH KEPADA PRESIDEN SOEHARTO DAN JERMAN BARAT

BALI BERTERIMA KASIH KEPADA PRESIDEN SOEHARTO DAN JERMAN BARAT

 

Denpasar, Antara

Masyarakat Bali berterima kasih kepada Presiden Soeharto dan Pemerintah Jerman Barat, karena perhatian yang sangat besar terhadap pemugaran dan pelestarian Pura Tanah Lot, bangunan kuno yang disucikan umat Hindu setempat.

“Kita sepatutnya menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada pemerintah pusat dan pihak luar negeri yang memberi bantuan dana untuk pengamanan Pura Tanah Lot dari kikisan air laut,” kata Suparmi Nuada SH, juru bicara FKP DPRD-I Bali pada Sidang Pleno, Selasa.

Pura Tanah Lot, berlokasi di atas tanah batu karang menjorok ke laut, 30 km barat daya Denpasar, diamankan dari deburan ombak Samudra Hindia dengan pemasangan sebanyak 2.840 buah tetrapod (beton her tulang) masing-masing seberat 2,1 ton.

Pemugaran dan pengamanan Pura Tanah Lot secara bertahap menerima bantuan dari berbagai pihak terutama dari Presiden sebesar Rp. 823 juta, Departemen Sosial Rp. 500 juta, bantuan Pemerintah Jerman Barat Rp. 55 juta dan Pemda Bali Rp. 30 juta.

Ny. Suparmi mengatakan, pemerintah daerah setelah menangani pelestarian Pura Tanah Lot, perlu memikirkan program pemugaran dan pengamanan Pura Uluwatu, bangunan suci yang dibuat pada abad ke-11 sebelum Masehi, yang kini kondisinya menguatirkan.

Pura Uluwatu, 35 km selatan Denpasar mendapat nasib serupa dengan Tanah Lot. Bangunan itu juga terletak di atas batu kapur menjorok ke laut yang kelihatannya lokasi pura di atas tebing curam juga terancam ombak Samudera Hindia sepanjang tahun.

Bangunan suci bagi umat Hindu sekaligus berfungsi sebagai obyek kunjungan pelancong mancanegara, letaknya tinggi curam. Batu karang yang dihantam air laut itu mengalami retak-retak dan menguatirkan jika tidak segera ditangani.

“Pemandangan alam sangat menakjubkan bagi pelancong yang pernah menyaksikan tempat itu mau pun dari tempat itu,” katanya, dengan mengirnbau agar segera ada perhatian mendesak untuk kelestarian pura sepanjang masa yang tetap menarik turis, kata juru bicara FKP itu.

 

 

Sumber : ANTARA (02/11/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 601-602.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.