BANGKITKAN KESADARAN DAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT PADA KOPERASI
PRESIDEN :
Presiden Soeharto menyerukan kepada para pimpinan dan pengurus koperasi serta para pencinta dan anggota2 koperasi untuk terus membangkitkan kesadaran dan kepercayaan masyarakat kepada koperasi.
Semua itu dikemukakan Kepala Negara dalam sambutannya pada peringatan Hari Koperasi ke-35 di Istana Negara, Sabtu pagi.
Peringatan HUT Koperasi itu dihadiri pula oleh Ibu Tien Soeharto, Wapres dan Nyonya Nelly Adam Malik, Menberi Perdagangan dan Koperasi bersama Nyonya Radius Prawiro, Menko Kesra Surono, Menko Ekuin Widjojo Nitisastro, Ketua Mahkamah Agung Mujono SH, Menmud Urusan Koperasi Bustanil Arifin dan Nyonya, Ketua Umum IKPN (Induk Koperasi Pegawai Negeri) dan Rahmi Hatta, isteri bung Hatta (alm).
Presiden menandaskan kesadaran dan kepercayaan masyarakat kepada koperasi itu akan bangkit jika koperasi benar2 dapat dirasakan manfaatnya dan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Tanpa adanya kesadaran dan kepercayaan masyarakat, betapa pun besarnya bantuan yang diberikan diberikan pemerintah, koperasi tidak akan memiliki kekuatan”, kata Kepala Negara.
Ia mengatakan, kesadaran dan tanggung jawab berkoperasi juga perlu dibangkitkan melalui keterlibatan yang sungguh dari semua anggota dalam proses pengambilan keputusan, dalam kegiatan usaha, dalam pengelolaan keuangan dan dalam kegiatan pengawasan.
Karena itu, rapat anggota koperasi hendaknya diadakan secara berkala agar kesadaran dan tanggungjawab koperasi dapat terus dipupuk dan koperasi akan terasa menjadi milik sendiri, serta menjadi besar dan kuat.
Ia mengingatkan, gerak maju koperasi harus senantiasa bernafaskan semangat kekeluargaan dan gotong royong.
"Karena koperasi akan kita jadikan salah satu soko guru ekonomi nasional, kecintaan pada koperasi itu perlu ditanamkan pula di kalangan generasi muda," kata Presiden.
Kepala Negara menyerukan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk turut serta membangun dan mengembangkan koperasi di lingkungan masing2, sehingga anak2 terasa hidup dengan koperasi dan mencintai koperasi.
”Jika kecintaan berkoperasi dapat bersemi di lingkungan generasi muda dan tradisi berkoperasi sudah tumbuh dan berakar kuat di mana2, akan tiba saatnya serasi benar2 menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia yang dapat diandalkan,” demikian harapan Presiden.
Kepala Negara mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk membangkitkan semangat koperasi dan menggabungkan diri dalam koperasi di lingkungan masingmasing.
"Sebab, melalui koperasi itulah kita akan dapat memperbaiki kehidupan secara sama-sama melalui usaha bersama yang sehat dan produktif," demikian sambutan Presiden
Koperasi Teladan
Presiden Soeharto pada kesempatan itu secara simbolis menyerahkan piagam dan hadiah kepada koperasi2 teladan dari berbagai daerah. Hadiah yang diserahkan itu berupa mobil angkutan Toyota Kijang.
Delapan koperasi terbaik memperoleh piagam dan hadiah dari Presiden Soeharto, masing2, KUD Akur dari Magetan (Jatim), Koperasi Serba Usaha Pedagang Pasar Cempaka Putih (DKI Jakarta), Koperasi Fungsional Aroma Karyawan FTP (Medan), Koperasi Su-SAE (Malang), KUD Perikanan Makaryo Mino (Probolinggo), Koperasi Kobutri (Bandung), Koperasi Simpan Pinjam Pamengkut Banda (Tasikmalaya) dan Koperasi Kerajinan Nur (Klaten).
Menteri Radius Prawiro dalam kesempatan itu juga memberikan sambutan yang pada pokoknya menekankan bahwa walau banyak kemajuan yang dicapai dalam perkembangan koperasi, namun jangan sampai lengah karena masih banyak masalah yang dihadapi serasi.
Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia Ediwan mengatakan dalam laporannya bahwa olah koperasi naik 10,7 prosen menjadi 21.184 buah dalam tahun 1981.
Jumlah anggota koperasi naik 27 prosen menjadi 10.059.000 orang dalam tahun 1981, sementara simpanan anggota naik 48 prosen menjadi Rp 80,89 milyar. Volume usaha meningkat 308,33 prosen menjadi Rp 1.663,360, 1 milyar.
Dikatakannya, beberapa Puskud telah mampu mencapai volume usaha berskala atas dan menengah. Juga sarjana, tenaga terampil dan profesional sekarang makin masuk koperasi, demikian Ediwan.
HUT Koperasi sebenarnya jatuh pada tanggal 12 Juli, tetapi tidak dapat dirayakan pada tanggal tersebut, sehingga dimajukan menjadi tanggal 7 Agustus. (RA)
…
Jakarta, Antara
Sumber : ANTARA (07/08/1982)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 983-985.