BANGSA INDONESIA MENGHARAPKAN LAHIRNYA PELOPOR-PELOPOR PEMBANGUNAN

BANGSA INDONESIA MENGHARAPKAN LAHIRNYA PELOPOR-PELOPOR PEMBANGUNAN

 

 

Jakarta, Suara Karya

Dalam zaman pembangunan sekarang, bangsa Indonesia mengharapkan lahirnya pelopor-pelopor pembangunan, terutama dari generasi muda yang mau berjuang demi kesejahteraan dan kejayaan negara serta meneruskan tradisi perjuangan kaum muda Indonesia. Harapan ini disampaikan Presiden Soeharto dalam sambutan pada Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-60, Jumat di Balai Sidang.

Kepala Negara mengatakan, pembangunan memerlukan pelopor-pelopor pembangunan yang tangguh, sebab pembangunan bangsa juga merupakan perjuangan, bahkan merupakan perjuangan besar. Melalui pembangunan, bangsa Indonesia berjuang untuk mewujudkan masyarakat Pancasila.

“Kita telah menegaskan bahwa pembangunan nasional yang sekarang kita laksanakan adalah pengamalan Pancasila,” ujar Presiden. Dengan demikian, Pancasila bukan sekedar cita-cita, melainkan juga merupakan norma-norma yang harus dipegang teguh dalam usaha mencapai cita-cita itu. Pancasila adalah cita-cita, sikap dan amal sekaligus.

 

Terus Menerus

Membangun masyarakat Pancasila bukan pekerjaan sekali jadi. Membangun masyarakat Pancasila merupakan proses yang berlangsung terus menerus. Yang harus dilakukan adalah agar setiap tahap dalam proses pembangunan bangsa, pelaksanaan Pancasila dalam semua segi kehidupan makin nyata dan makin terasa.

Ini berarti cita­ cita ketuhanan, kemanusiaan, persatuan musyawarah dan keadilan sosial harus makin terwujud. Proses itu, menurut Kepala Negara, memerlukan pelopor-pelopor tangguh, yang sanggup bekerja keras, penuh pengabdian dan berdisiplin tinggi.

Presiden menyerukan kepada segenap kaum muda Indonesia untuk menanamkan disiplin diri dan disiplin dalam lingkungannya sebagai sumbangan bagi terwujudnya disiplin nasional.

”Kalian kaum muda adalah pemilik masa depan. Masa depan itu penuh dengan ujian dan tantangan besar, akan tetapi juga menjanjikan harapan-harapan. Karena itu siapkan diri baik-baik untuk membangun masa depan tadi,” kata Presiden.

Menteri Pemuda dan Olahraga Akbar Tandjung dalam kesempatan itu melaporkan, berbagai cara dan kegiatan diselenggarakan dalam rangka Hari Sumpah Pemuda ke-60. Di antaranya adalah penyelenggaraan forum ilmiah berupa seminar, pameran pembangunan kepemudaan. Bulan Bahasa termasuk penyelenggaraan Kongres Bahasa V, sarasehan, pertandingan olahraga antar mahasiswa, pemilihan Pemuda Pelopor dan Orang Muda Berkarya.

Acara puncak peringatan Hari Sumpah Pemuda di Balai Sidang diisi dengan atraksi-atraksi gerak tari yang diiringi oleh musik dan paduan suara oleh para pelajar dan mahasiswa.

Atraksi seni yang menjiwai upacara resmi peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-60, divisualisasikan dalam bentuk operet yang dimulai dengan pembacaan naskah Sumpah Pemuda oleh pasangan Asep Ruchimat Soedjana dan Dwie Riaweni Nasution (DPPKNPI).

Pergelaran atraksi seni HSP ke-60 dilakukan oleh Laboratorium Tari Dinas Kebudayaan DKI Jakarta bersama Musik Tari Dinamika, didukung aubade oleh 20 SLTA dan Perguman Tinggi se-DKI Jakarta bersama musik pengiring pimpinan Anton Issoedibyo dan penyanyi Bomok Hutaumk.

 

Penghargaan

Presiden Soeharto didampingi Menpora Akbar Tanjung dalam kesempatan tersebut, menyampaikan penghargaan pemerintah kepada 6 Pemuda Pelopor serta kepada 5 Orang Muda Berkarya Indonesia (OMBI).

 

 

Sumber : SUARA KARYA (29/10/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 673-674.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.