BANGUN MASYARAKAT MAKMUR DAN BERKEADILAN

BANGUN MASYARAKAT MAKMUR DAN BERKEADILAN

 

 

Jakarta, Angkatan Bersenjata

Presiden Soeharto menegaskan bahwa masyarakat yang hendak kita bangun adalah masyarakat yang makmur dan berkeadilan dan masyarakat yang adil berkemakmuran. Tanpa kemakmuran maka keadilan bisa berarti keadilan dalam kemelaratan. Tanpa keadilan maka kemakmuran bisa berarti kemakmuran orang per orang.

”Padahal UUD 45 menghendaki agar masyarakat yang kita bangun itu harus memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat kita,” kata Presiden ketika menerima para peserta Seminar TNI-AD Tahun 1990 di Istana Negara, Rabu kemarin.

Presiden mengatakan karena tujuan pembangunan tadi itulah, kita laksanak an Trilogi Pembangunan sebagai satu kesa tuan. Kita kembangkan stabilitas nasional yang dinamis agar kita dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu kita wujudkan pemerataan pembangunan menuju keadilan sosial.

Menurut Presiden, sasaran terwujudnya keadilan sosial dalam kemakmuran jelas tidak dapatkita capai sekaligus. Apa yang kita capai sekarang barulah sasaran antara. Kita masih harus melanjutkan perjalanan, kita masih harus mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi sebelum mencapai sasaran akhir yaitu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Perjalanan kita jelas akan sangat panjang dalam membangun masyarakat yang dicita-citakan tadi. Waktu yang diperlukan untuk membangun suatu bangsa bukan tahunan, bukan dasawarsa, melainkan generasi.

Dikatakan arah kita telah benar karena selama melaksanakan pembangunan ini tidak sedikit rakyat kita telah terangkat dari garis kemiskinan. Pemerataan pembangunan juga menyebar ke semua daerah, ke semua wilayah sampai ke semua desa.

Yang kita harus lakukan, kata Presiden, adalah memperbaiki menyempurnakan dan mengadakan pembaharuan terus-menerus dari semua yang telah berhasil kita capai sekarang. Karena berkat kemajuan pembangunan tadi, masyarakat kita sedang mengalami perubahan. Dunia pun-sedang mengalami perubahan-perubahan yang mendasar dan bergerak sangat dinamis.

“Dalam mengadakan perubahan dan pembaharuan yang terus menerus itu, kita harus tetap setia pada Pancasila dan UUD 45,” Presiden menegaskan.

Dikatakan, dalam menghadapi perubahan masyarakat dari waktu ke waktu kita harus menyesuaikan kebijaksanaan, strategi dan tatanan. Kebijaksanaan strategi dan tatanan yang sesuai untuk dasawarsa yang lampau tidak akan sepenuhnya sesuai untuk kita terapkan begitu saja dalam keadaan sekarang.

“Kita perlu mengadakan evaluasi secara terus-menerus, diikuti oleh penyiapan berbagai altematif kebijaksanaan dan strategi yang sebaik­baiknya serta tatanan yang akan mendukungnya.”

 

Tanggung Jawab ABRI

Menyinggung penyelenggaraan Seminar TNI-AD tentang Strategi Pembangunan Sumberdaya Manusia Dalam Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun kedua, Presiden mengatakan seminar tadi menunjukkan besarnya rasa tanggungjawab ABRI pada umumnya terhadap perjalanan bangsa kita di masa datang.

Peranan ABRI sebagai stabilisator serta kedudukan ABRI sebagai modal dasar pembangunan nasional, memang telah menempatkan ABRI pada tanggungjawab yang besar terhadap kehidupan bangsanya.

ABRI adalah bagian dari masyarakat kita yang terlatih dalam berpikir strategis. Secara profesional, dimana pun juga militer harus mengadakan perkiraan terus menerus ke masa depan bukan saja untuk mencegah terjadinya pendadakan, tetapi agar bisa bicara cepat, efektif dan efisien menangkal serta menanggulangi berbagai bentuk ancaman yang dapat timbul.

 

Pembangun SDM

Presiden juga mengatakan pemilihan tema Seminar TNI-AD yang mengambil tema Strategi Pembangunan Sumberdaya Manusia Dalam

Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Kedua adalah sangat tepat karena dewasa ini bangsa kita sedang merampungkan Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Pertama dan sedang bersiap-siap memasuki era tinggal landas.

Semua lapisan golongan dan kekuatan harus bersiap-siap memasuki tahap baru dari pembangunan yang sangat penting itu, ujar Presiden.

Sejak awal pembangunan perhatian kita memang tertuju pada pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Jika sejak semula titik berat pembangunan kita letakkan pada sektor pertanian maka tujuannya justru untuk meningkatkan taraf hidup lapisan terbesar masyarakat kita yang terdiri dari kaum tani dan hidup di pedesaan. Jika sejak semula anggaran pembangunan untuk pendidikan selalu menduduki prioritas yang tinggi, maka tujuannya adalah justru untuk meningkatkan kualitas masyarakat kita melalui pendidikan.

Membahas pembangunan sumberdaya manusia Indonesia berarti membahas pendayagunaan potensi nasional kita yang paling dinamis dan saling penting. Memang manusia Indonesia itulah yang mendirikan negara, memiliki kedaulatan atas negara itu, berhak dan wajib membela negara serta harus berjuang keras menyejahterakan hidupnya. Oleh karena itu, kualitas manusia suatu negara berpengaruh langsung terhadap tingkat kesejahteraan yang dapat dicapainya.

Pengalaman kita dalam Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Pertama selama ini menunjukkan bahwa manusia Indonesia mempunyai cukup potensi untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan kemampuannya sendiri. Jangan kita lupakan, bahwa kita bisa melalui saat-saat kritis dalam kelesuan ekonomi dunia beberapa tahun yang lalu karena keuletan dan ketangguhan sektor informal karena daya tahan ekonomi pedesaan kita. Dalam sektor-sektor itulah hidupnya sebagian besar dari manusia

Indonesia itu tugas pemerintah beserta seluruh jajarannya adalah menyusun kebijaksanaan dan strategi untuk membenahi tatanan yang ada, sehingga seluruh potensi kemanusiaan bangsa kita dapat mengembangkan dirinya dengan sebaik-baiknya.

Inti dari pembangunan sumber daya manusia adalah pemberian peluang dan kesempatan yang lebih besar serta dukungan yang lebih kuat bagi pengembangan potensi seluruh manusia Indonesia dalam menghadapi tantangan masa datang.

Perkembangan keadaan di sekitar kita menunjukkan bahwa masa datang itu bukanlah sekedar kelanjutan dari apa yang ada hari ini. Bangsa­bangsa yang masyarakatnya kreatif telah dan sedang membangun hal­hal baru secara terus menerus.

Mempersiapkan masyarakat yang kreatif dan dinamis pada dasarnya adalah meningkatkan kemampuan yang telah dimilikinya serta memberinya peluang yang cukup untuk mendayagunakan kemampuannya itu untuk kesejahteraan hidup sendiri.

Dalam diri manusia telah ada naluri yang kuat untuk berjuang memelihara kelanjutan hidupnya. Yang perlu kita lakukan adalah lebih memperkuat, mengembangkan serta meningkatkannya. Memang itulah maksudnya kita bersama mendirikan negara ini.

Pembangunan sumberdaya manusia Indonesia bukanlah sekedar masalah pengembangan potensi nasional. Pembangunan sumberdaya manusia Indonesia mempunyai kaitan dengan pengamalan sila kedua dan sila kelima Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab serta Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Karena itu, pembangunan sumberdaya manusia Indonesia berkaitan dengan penataan lebih lanjut tentang hak-hak serta kewajibannya sebagai warga masyarakat, demikian presiden.

 

 

Sumber : ANGKATAN BERSENJATA (20/12/1990)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XII (1990), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 234-238.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.