BANTUAN PRESIDEN UNTUK “LUMBUNG2 PACEKLIK”

BANTUAN PRESIDEN UNTUK “LUMBUNG2 PACEKLIK” [1]

 

Jakarta, Antara

Bantuan Presiden Soeharto untuk “lumbung2 paceklik” di daerah2 minus di Jawa seluruhnya Rp 350 juta, telah direalisi dengan memberikan Rp 100 juta untuk Jawa Timur dan Rp. 50,- juta untuk daerah istimewa Yogyakarta.

Kepala Negara beberapa waktu yang lalu memberikan bantuan untuk daerah2 Jawa Barat dan Jawa Tengah masing2 Rp 100 juta yang diterimakan oleh Gubernur di Kedua propinsi tersebut.

Gubernur Jawa Timur Mohammad Noer dan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta menerima uang bantuan tsb, dari Presiden Soeharto di Bina Graha, Jakarta hari Rabu.

Dalam kesempatan itu Presiden Soeharto juga memberikan bantuan Rp 25 juta sebagai tambahan kepada gubernur Jawa Tengah Munadi khusus untuk membeli kerbau dan sapi yang akan dikreditkan kepada petani2 di sekitar daerah lrigasi Tajum, Purwokerto Jawa Tengah.

Bantuan tsb, merupakan realisasi dari janji Presiden Soeharto kepada rakyat di sekitar proyek irigasi ini yang kekurangan hewan untuk menggarap sawahnya.

Ketika berdialog dengan rakyat di daerah Tajum, mereka menyatakan, karena kurangnya hewan2 tsb, tenaga manusia digunakan menggaru dan meluku sawah.

Presiden menganggap pekeIjaan semacam itu “tidak sesuai lagi dengan keadaan jaman.”

Ringankan Behan Petani

Kepala Negara dalam pidatonya mengatakan, bahwa “lumbung paceklik” disiapkan untuk meringankan beban petani dalam menghadapi paceklik, lebih2 mengingat kemungkinan ramalan cuaca dalam tahun ini.

“Dengan lumbung2 itu”, demikian Presiden, “petani dapat menyimpan beras pada masa paceklik yang dapat membayarnya kembali setelah panen.”

Pembayaran dari petani2 itu akan dijadikan modal bagi desa2 yang bersangkutan dalam usaha2 peternakan dll, hingga keberhasilan mereka dapat ditingkatkan.

“Dengan adanya usaha lain disamping pertanian”, kata Presiden “para petani sedikitnya tertolong.”

Kepada ketiga orang Kepala Daerah yang hadir itu, Presiden memerintahkan agar dalam musim panen mendatang mereka benar dapat menampung hasil2 para petani dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah supaya mereka dapat dinikmati hasil usahanya.

Lambung Kemakmuran

Gubernur Jawa Timur mengatakan, bahwa dia tidak mau menamakan bantuan itu dengan sebutan “Lumbung paceklik” karena cara psykhologi nantinya kita mengharapkan paceklik.

Bantuan yang akan diperuntukkan bagi 26 kabupaten di daerahnya oleh Moh. Noer dinamakan “lumbung kemakmuran”.

Dalam musim panen ini dia akan mengadakan penyuluhan dan petani2 agar mereka dengan keikhlasan dan keputusan kepala desa secara sukarela bersedia menyisihkan hasil mereka untuk “lumbung kemakmuran”.

“Walaupun di suatu desa belum pernah kekurangan makan tetapi lumbung tsb. dapat dimanfaatkan untuk penambahan modal atau diberikan kepada tetangganya yang kekurangan.”

Dalam hal ini Gubernur mengatakan, bahwa dia berpegang pada prinsip “jangan sampai ada daerah yang kekenyangan sedangkan dipihak lain dengan susah payah mencari sesuap nasi”. (DTS)

Sumber: ANTARA (14/03/1973)

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 368-369.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.