BANYAK ISYU DILEMPARKAN UNTUK MENYINGKIRKAN PRESIDEN SOEHARTO

Diungkapkan Pada Hari Jadi Kopassandha:

BANYAK ISYU DILEMPARKAN UNTUK MENYINGKIRKAN PRESIDEN SOEHARTO

Presiden:

"Mereka lupa akan muncul prajurit ABRI untuk mempertahankan Pancasila dan UUU 45, kalau mereka berhasil meniadakan saya"

Presiden Soeharto membantah berbagai isyu negatif yang ditujukan kepada diri dan keluarganya, serta menyatakan hal itu sebagai suatu usaha untuk merongrong Pancasila dan UUD 45 dengan terlebih dahulu menyingkirkan dirinya.

Mengatakan hal tersebut dalam wejangan tanpa teks pada acara "tumpengan" memperingati hari jadi ke-28 Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) di Cijantung, Jakarta, Rabu kemarin, Kepala Negara menyatakan, berbagai isu itu misalnya, bahwa Nyonya Tien Soeharto menerima komisi menentukan kemenangan tender,

"dan seolah-olah jalan Cendana itu sebagai markas besar untuk memenangkan tender, komisi dan sebagainya."

Sambil tertawa lucu Presiden Soeharto mengatakan, hal itu sama sekali tidak benar, "Jangankan memikirkan itu. Waktu untuk memikirkan kegiatan-kegiatan sosial saja tidak cukup," kata Kepala Negara.

Menurut Presiden, isu lain yang bahkan ditujukan kepada dirinya dan dilontarkan di kalangan mahasiswa dan ibu-ibu yang biasanya mudah untuk disampaikan kemana­mana, yakni bahwa ia, mempunyai selir, mempunyai simpanan salahsatu bintang film terkenal.

"Ini sudah lama dan sekarang ini dibangkitkan kembali. Padahal kenal atau jumpa saja dengan yang bersangkutan juga tidak," kata Presiden.

Meniadakan Saya

Dengan dihadiri pula Nyonya Tien Soeharto, Kepala Negara pada kesempatan kemarin menegaskan, semua isu tersebut tidak lain hanya dengan maksud untuk menyingkirkan dirinya.

"Karena mungkin mereka itu menilai kalau saya itu menjadi penghalang utama politik mereka. Karena itu saya harus ditiadakan."

Tapi, kata Kepala Negara melanjutkan, mereka lupa andaikata bisa menjagakan saya, tapi toh akhirnya akan muncul yang lebih dari saya, warga-negara, prajurit­prajurit ABRI yang akan selalu penghalang-halangi kehendak politik mereka, lebih­lebih kalau mereka ingin menggantikan Pancasila dan UUD 45 dengan ideologi lain.

Presiden Soeharto mengingatkan, usaha-usaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain tersebut, tidak semata-mata dengan kekuatan senjata tetapi juga dengan kekuatan subversi, infiltrasi, bahkan sampai kepada menghalalkan segala macam cara.

Di antaranya dengan melontarkan berbagai isu seperti yang ditujukan kepada dirinya dengan maksud untuk mendiskreditkan Pemerintah dan para pejabat.

"Dan bahkan ini akan selalu terjadi bila manakita mendekati pelaksanaan Pemilu," ujar Kepala Negara.

Karena itu menurut Presiden, kita harus waspada terhadap usaha-usaha seperti itu yang menghalalkan segala macam cara.

"Kita harus tidak boleh menyerah meskipun cara apapun yang mereka tempuh untuk mempertahankan Pancasila dan UUD 45."

Kepada para prajurit Kompi Baret Merah yang juga dikenal dengan sebutan RPKAD, Kepala Negara menyatakan, dalam keadaan bagaimana pun juga bilamana Pancasila sebagai dasar negara terancam,

"maka kita harus digugah sebagai patriot untuk tidak saja mendukungnya tetapi harus membela tanpa mengenal menyerah. Ancaman kekuatan senjata harus kita hadapi dengan kekuatan senjata pula."

Tetap pada Sapta Marga

Kepada para anggota Kopasandha, Presiden Soeharto minta agar sebagai prajurit mereka harus tetap berpegang pada Sapta Marga dan Sumpah Prajurit dalam mengabdi nusa dan bangsa, baik sebagai kekuatan pertahanan keamanan maupun sebagai kekuatan sosial politik.

Sebagai kekuatan keamanan, ABRI tidak boleh segan-segan menggunakan senjata untuk membela negara dan bangsa Indonesia. Sedangkan, sebagai kekuatan sosial-politik ABRI akan berusaha sekeras-kerasnya bersama kekuatan sosial-politik lainnya yang benar-benar setia kepada Pancasila untuk membela Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945.

"Dasar inilah yang harus dipegang oleh para prajurit Korps Baret Merah dari yang berpangkat terendah sampai yang tertinggi. Dari generasi sekarang sampai generasi seterusnya selama masih bertugas aktif sebagai anggota ABRI maupun setelah pensiun, agar tetap melaksanakan dwi fungsi ABRI dengan sebaik-baiknya."

Setelah memotong tumpeng dan memberikannya kepada Letnan Dua Sunarto (26 tahun) sebagai prajurit termuda, Kepala Negara beserta Nyonya Tien Soeharto, Menhankam/Pangab Jendral M. Jusuf, Menko Kesra Surono, pejabat lama Kasad Jendral Widodo dan pejabat baru Kasad Letjen Poniman serta sekian banyak Perwira Tinggi ABRI lainnya dan para sesepuh Kopassandha, makan siang bersama.

Menurut Presiden, kehadirannya tersebut bukan sebagai Kepala Negara tetapi sebagai anggota kehormatan Kopassandha yang diberikan kepadanya sejak Orde Baru, terutama dalam menghadapi G 30/S PKI.

Sebelum acara tumpengan, terlebih dahulu diadakan acara parade pasukan dengan inspektur upacara Menhankam/Pangab Jendral M. Jusuf. Presiden Soeharto yang datang sebagai anggota kehormatan Kopassandha, tiba di Cijantung setelah parade pasukan berakhir.

Jenderal Jusuf dalam kesempatan itu menyatakan, sebagai salah satu jajaran TNI­AD, Kopassandha memiliki tugas berat dalam upaya membela negara, menyelamatkan dan mengawal pelaksanaan perjoangan mengisi kemerdekaan dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45.

Tugas yang berat ini harus senantiasa disadari agar Kopassandha senantiasa siap-siaga baik mental maupun jasmani. Sehingga apabila setiap saat bangsa dan negara memerlukan, dapat melaksanakan tugas itu dengan baik dan tidak mengecewakan.

"Dan hingga saat ini kalian telah senantiasa melaksanakan tugas dengan hasil yang gemilang.”

Kepada warga Kopassandha Jendral Jusuf menginstruksikan untuk senantiasa bersama-sama mengisi lembaran sejarah kejayaan bangsa dan negara dengan pelaksanaan perjoangan yang penuh kegemilangan,

"Dengan niat dan itikad tersebut sebagai motivasi pelaksanaan tugas, segenap warga Kopassandha akan menjadi generasi yang mampu meneruskan cita-cita dan petjoangan bangsa," kata Jendral Jusuf.

Dalam upacara itu Komandan Jendral Kopassandha, Mayjen Yogie Suardi Memed menyematkan tanda kwalifikasi Komando Kehormatan kepada Jendral Widodo, pejabat lama KSAD.

Menurut Jendral Jusuf, selama masajabatannya, Jendral Widodo telah berhasil membina dan membimbing serta meningkatkan Kopassandha sebagai salah satu kesatuan TNI-AD sehingga memiliki kemampuan dan kesiapan seperti sekarang ini.

Danjen Kopassandha Mayjen Yogie SM dalam acara tumpengan mengatakan, Korps Baret Merah akan berpegang pada ilmu padi, semakin berisi semakin tunduk. (DTS)

Jakarta, Kompas

Sumber: KOMPAS (17/04/1980)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 858-861.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.