Banyaklah Istighfar

Purbalingga, 17 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak H.M. Soeharto dan keluarga

di Jakarta

BANYAKLAH ISTIGHFAR [1]

Assalamu’alaikum wr. wb.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya selaku anak kepada orangtua, perkenankanlah pada kesempatan ini, saya mohon dengan segala kerendahan hati mudah-mudahan Bapak berkenan menerima surat ini, sekaligus berkenan untuk membacanya.

Bapak Soeharto, hati saya menangis, berontak dan tidak terima Bapak mundur dari jabatan Presiden.

Walaupun saya orang kecil, yang tidak mempunyai bobot sedikitpun tapi saya masih dapat mengatakan bahwa sekarang ini, tidak ada manusia yang sempurna termasuk kita-kita ini.

Sejak Bapak mengumumkan mundur dari Presiden, sholat Tahajud dan istikhoroh senantiasa saya lakukan untuk memintakan pertolongan dan perlindungan serta petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Saya yakin Tuhan akan memberikan pertolongan dan petunjuk kepada Bapak sekeluarga.

Untuk itu Pak, banyak-banyaklah beristighfar dan lebih mendekatkan diri ke hadapan Allah Swt. Apakah mereka-mereka yang menghujat, menurut Bapak termasuk orang-orang yang baik? Saya kira tidak! Semua orang sama saja Pak! Maka dari itu, terima saja dengan lapang dada dan dengan hati dingin kita serahkan saja semuanya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Tidak lupa saya sendiri minta restunya, Pak. Mudah-mudahan saya selalu diberi kesehatan sehingga yang saya lakukan setiap malam dapat saya lakukan terus, sampai ada keberhasilan berupa keputusan dan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa.

Apabila ada kata-kata atau hal-hal yang kurang berkenan di hati Bapak, saya mahan maaf yang sebesar-besarnya. (DTS)

Wabillalli Taufiq Wal Hidayah

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Putra prihatin,

Ermawan Suwidi.

Jawa Tengah

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 363-364. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.