Balikpapan, 12 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak H.M. Soeharto
di Jl. Cendana No. 8
Jakarta
BAPAK KORBAN ABS [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Pertama kami sampaikan bahwa keadaan keluarga kami baik-baik saja, semoga keadaan Bapak beserta putra/putri dan cucu demikian juga.
Rasanya belum lama kami menerima photo bapak dan Ibu Tien (almarhumah) yang ditandatangani oleh Presiden Republik Indonesia sewaktu kami masih di Manado. Dan belum lama, kami menulis surat memberi ucapan selamat kepada Bapak atas pengangkatan sebagai Presiden Republik Indonesia periode 1998-2003.
Dalam surat tersebut, selain isinya tentang ucapan selamat, juga ada semacam rasa khawatir. Kami sebutkan bahwa sebenarnya baik Bapak pribadi maupun keluarga sudah tidak mau lagi dicalonkan sebagai presiden, mengingat usia Bapak.
Karena kehendak rakyat lewat MPR, Bapak terpilih lagi. Hal itu ternyata atas pra-karsa Ketua GOLKAR yang juga Ketua MPR/DPR. Dan ternyata semua move-move politik itu adalah atas dasar ABS. Situasi ekonomi waktu itu mulai terpuruk. Jiwa pejuang Bapak terpanggil untuk tidak meniggalkan gelanggang, kembali ikut berjuang untuk menuntaskan permasalahan yang timbul.
Rupanya di situlah cobaan Allah SWT datang. Keadaan berbalik seratus delapan puluh derajat. Rakyat dimotori mahasiswa berubah mencaci maki, menghujat, dan meminta Presiden Republik Indonesia lengser/turun dari Jabatan.
Terlepas dari kesalahan yang mungkin telah diperbuat oleh Bapak, keadaan diperburuk dengan adanya tuntutan reformasi.
Kami berandai-andai, misalkan pada waktu itu Bapak tetap pada pendirian akan lengser keprabon mungkin keadaannya tidak akan parah seperti ini. Dan Bapak bisa beristirahat dengan tenang, berkumpul dengan anak cucu.
Tapi semua itu kami anggap sebagai kodrat dan cobaan yang harus dijalani oleh Bapak. Semoga Bapak kuat menghadapinya dengan sabar dan tawakal.
Semoga Bapak dan putra-putri serta cucu sehat selalu dan tahan menghadapi segala cobaan dan semoga Allah SWT tetap melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya. Amin.
Terakhir kami ucapkan selamat merayakan Hari Ulang Tahun ke-77 dalam suasana penuh keprihatinan ini. (DTS)
Wassalam,
Ridwan Samsul
Balikpapan
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 178-179. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.