Kepada
Yth. Bapak H. M. Soeharto
Jl. Cendana
di Jakarta Pusat
BAPAK MEMBANGUN INDONESIA [1]
Dengan hormat,
Apabila surat ini sampai ke tangan Bapak, saya berharap Bapak tetap ada dalam keadaan sehat wal’ afiat. Terlebih dahulu saya mohon maaf kelancangan saya berkirim surat kepada Bapak, dan ijinkan saya untuk memperkenalkan diri terlebih dulu.
Nama : Ni Made Tjandra Kasim
Umur : 44 tahun
Status : Sendiri
Pekerjaan : Swasta/Bengkel
Alamat : Touja Denpasar
Besar harapan saya agar Bapak tidak berprasangka buruk terhadap saya, karena kelancangan saya ini. Saya betul-betul dengan hati yang tulus ingin mengetahui khabar tentang Bapak. Bagaimanapun Bapak telah pernah berjuang membangun negeri Indonesia tercinta ini.
Pak, saya adalah rakyat miskin yang tidak memiliki apa-apa, yang bisa dibanggakan. Tapi apabila saja ada pekerjaan/hal yang Bapak miliki di Bali atau di mana saja, saya siap membantu dengan ikhlas sesuai kemampuan saya.
Demikian salam perkenalan saya yang pertama kalinya kepada Bapak. Sekali lagi saya mohon maaf atas kelancangan, karena saya betul-betul tidak mengerti bagaimana harusnya berkirim surat kepada Bapak. Ini semua saya lakukan semata-mata hanya karena rasa simpati belaka.
Demikian surat saya, atas kesediaan Bapak meluangkan waktu untuk menerima dan membaca surat ini saya ucapkan terima kasih. (DTS)
Denpasar, 7 September 1998
Saya yang tersebut diatas
Ni Made Tjandra Kasim
Touja Denpasar
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 507. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.