Bapak Negarawan Yang Tangguh

Bogor, 24 Mei 1998

Kepada

Yth. Bapak H. M. Soeharto

di kediaman

BAPAK NEGARAWAN YANG TANGGUH [1]

Assalamu’ alaikum wr. wb.

Bersama ini kami perkenalkan diri sebagai berikut :

Nama                    : Mochamad Indra

Pekerjaan            : Karyawan swasta

Umur                    : 43 tahun

Kami sangat mengagumi/menghormati atas sikap arif dan bijaksana yang Bapak tunjukkan, pada tanggal 21 Mei 1998. Dengan sikap tersebut, berakhirlah ketegangan yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang tercinta.

Sikap tenang, tegar, dan tetap senyum yang Bapak tunjukkan dalam menyelesaikan persoalan Bangsa Indonesia, menunjukkan bahwa Bapak benar-benar seorang negarawan yang tangguh. Pada kesempatan tersebut, Bapak juga minta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia. Kami yang merupakan salah satu rakyat Indonesia, dengan tulus ikhlas menerima permintaan maaf Bapak. Sebaliknya kami juga minta maaf, bila ada kesalahan-kesalahan atau kata-kata kami, baik yang disengaja maupun tidak sengaja menyakitkan Bapak. Perlu diketahui, bahwa apa pun yang terjadi, Bapak merupakan Bapak Pembangunan Indonesia dan berjasa besar terhadap kemajuan yang sekarang sedang dan akan dicapai bangsa Indonesia khususnya umat Islam.

Harapan kami, Bapak tetap legawa menerima konsekwensi sebagai seorang pemimpin. Mudah-mudahan Bapak beserta keluarga tetap sehat wal afiat dan mendapat petunjuk, perlindungan dari Allah SWT.

Akhirul kalam, kami ucapkan terima kasih atas jasa-jasa yang telah Bapak darma baktikan kepada bangsa dan rakyat Indonesia. Jasa Bapak akan selalu diingat bukan hanya oleh rakyat Indonesia, juga dunia internasional. (DTS)

Wassalamu’alaikum wr. Wb

Hormat kami,

Mochamad Indra

Bogor

[1]   Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 131-132. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.