Jember, 26 September 1998
Kepada
Yth. Bapak H.M. Soeharto
di Jakarta
BAPAK TENANG DAN PENYABAR [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Pak Harto, mohon perkenan Bapak, saya sebagai warga Negara Indonesia yang sejak dulu sampai sekarang masih dan sangat menghormati Bapak, walaupun saat ini Bapak hanya sebagai warga negara biasa, saya mengagumi Pak Harto, ketenangan, kesederhanaan, dan kesejukan yang ada pada diri Bapak.
Pak Harto, saya sangat prihatin dengan keadaan bangsa Indonesia saat ini, mudah-mudahan ya Pak, bangsa ini secepatnya ditolong oleh Allah Yang Maha Kuasa. Dan saya pun juga prihatin, karena Pak Harto dihujat oleh sebagian rakyat Indonesia, semoga Bapak senantiasa diberi kesabaran dan perlindungan oleh Allah Yang Maha Esa. Dan saya percaya serta yakin Pak Harto memang orang yang baik.
Pak Harto … baru sekali ini saya berkirim surat kepada Bapak. Hal ini terdorong, karena melihat Pak Harto tampil di televisi saat datang di Kejaksaan Agung. Sungguh Pak … saya sangat haru dan sampai menangis melihat Pak Harto yang sangat tenang dan sabar dengan menyediakan pula doa spontan. Semoga Bapak senantiasa dalam perlindungan langsung dari Allah swt.
Demikian surat saya yang jauh di sana di Banyuwangi. semoga Pak Harto dan keluarga diberi keselamatan oleh Allah dan semoga bangsa Indonesia dilindungi oleh Allah dan tetap utuh. (DTS)
Wassalaun.
Ahmad Zamroni
Banyuwangi – Jawa Timur
[1]Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 54. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.