Malang, 24 September 1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto
di Jakarta
BECIK KETITIK ALA KETARA [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saya ibu rumah tangga dari seorang suami pegawai negeri golongan rendah dengan penghasilan pas-pasan. Walaupun demikian saya bersyukur karena di era reformasi ini, di mana keadaan perekonomian memburuk dan harga bahan kebutuhan pokok melambung, masih ada yang bisa diharapkan, yaitu gaji suami. Sungguh Pak, keadaan seperti ini sangat menyedihkan, tapi sekali lagi, kami sekeluarga bersyukur.
Bapak kini menghadapi kenyataan yang demikian berat dan pahit, tetapi Bapak begitu tegar dan sabar menghadapinya. Itu sikap seorang pemimpin sejati. Dan sebagai orang Jawa kita yakin pada pepatah, becik ketitik ala ketara. Dan semoga Allah swt memberikan kekuatan dan lindungan kepada Bapak sekeluarga. Amin.
Kami sekeluarga menyampaikan ini dengan hati yang tulus. Semoga surat ini dapat memberi dorongan, semangat dan kesabaran kepada Bapak. Masih banyak orang-orang yang bersimpati kepada Bapak dan keluarga, dan yang utama adalah berserah diri kepada Allah swt.
Kiranya cukup sekian surat ini, insya Allah apabila Bapak dapat membalasnya, itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi kami. (DTS)
Wassalam,
Ny. Endang Sri Rahayu
Malang – Jawa Timur
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 90. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.