Jakarta, 20 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak Jenderal Besar (Purnaw) Soeharto
Jl. Cendana
Jakarta Pusat
BEGINIKAH BUDAYA BANGSA KITA? [1]
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan segala hormat,
Segala puji bagi ALLAH SUBHANAHU WATAALA yang Maha pencipta atas segala makhluk, Maha pengasih dan Maha penyayang dan kepada-Nya kita semua kembali. Bapak yang berjasa kepada Bangsa dan Negara tercinta ini, dan Mbak Tutut yang murah senyum, sekarang ini hilang dari peredaran media cetak yang ada hanya hujat-hujatan. Perjuangan Bapak dari jaman Revolusi sampai sekarang dihilangkan dan dilupakan oleh Bangsa kita sendiri.
Tanggal 21 Mei 1998 Bapak mengundurkan diri dari jabatan Presiden RI, karena ada desakan serta tekanan dari mahasiswa dan sekelompok masyarakat Indonesia. Pada saat Bapak membacakan naskah berhenti dan menyerahkan jabatan presiden saya terharu sehingga tidak terasa air mata ini menetes. Hati bertanya: kenapa Presiden pertama dan kedua harus dijatuhkan dengan cara yang menyakitkan dan jasa-jasanya terlupakan semua? Bung Karno dituduh korupsi dan lain sebagainya tapi kenyataannya Bung Karno tidak punya apa-apa. Apakah begini budaya bangsa Indonesia?
Bukankah Bangsa Indonesia ini berpancasila dan berketuhanan Yang Maha Esa, dan punya tatakrama-sopan santun? Presiden BJ. Habibi juga dicemoohkan oleh sebahagian pakar politik. Mantan Menteri/ mantan pembantu Bapak juga ikut mencemooh. Semua manusia tidak sempurna, yang sempurna hanya ALLAH. Doa saya, agar Bapak tetap sehat panjang umur. Hanya ALLAH tempat keadilan sejati.
Semoga ALLAH senantiasa melindungi Bangsa Indonesia agar segera keluar dari krisis ini. Amiin. (DTS)
Hormat saya,
Syahdan Liatwujo
Cilincing – Jakarta Utara
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 596-597. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.