BEKAS WARTAWAN BBC CURl DOKUMEN IMIGRASI DAN BOHONGI RAKYAT IRJA
Jakarta, Antara
Seorang bekas wartawan BBC diketahui mencuri dokumen imigrasi dan mengisinya seolah-olah ia sudah mendapat izin Pemerintah Indonesia untuk bebas bepergian ke manapun di negeri ini khususnya Irian Jaya, kata Ketua Umum Yayasan Kemajuan dan Pengembangan Asmat, M. Kharis Suhud.
Setelah diterima Presiden Soeharto di Bina Graha Jakarta Selasa, Kharis Suhud mengungkapkan bahwa bekas wartawan itu kemudian menerbitkan buku yang isinya merugikan nama Indonesia di luar negeri.
“Dia menyoroti situasi di Irian Jaya khususnya masalah transmigrasi yang dikaitkaitkan dengan isyu Islamisasi dan Jawanisasi, yang disebutnya merupakan usaha menghancurkan kebudayaan daerah. Itu tidak benar sama sekali,” kata Kharis Suhud ketika menjelaskan buku ” The Poisoned Arrows” karangan George M. Kharis Suhud yang sehari-hari dikenal sebagai Ketua DPR/MPR lebih jauh mengatakan, George ketika mengunjungi berbagai proyek transmigrasi di Irja tahun silam mengaku sebagai konsultan, sehingga ia dapat bebas bergerak ke manapun suka.
Ia mengatakan, buku terbitan tahun 1989 yang isinya menjelekan nama Indonesia di luar negeri itu menjadi sedikit “ganjalan” pada saat hadirnya tim kesenian Asmat di London. Gangguan lain muncul dari bekas warganegara Indonesia yang sekarang bermukim di Inggeris.
Orang tersebut adalah Carmel Budiardjo yang diduga anggota atau simpatisan PKI dan aktif dalam peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI. Ia kini aktif dalam organisasi “Amnesti International” .
“Jadi walaupun Amnesti Internasional ingin obyektif, namun karena Carmel Budiardjo, maka kegiatan Amnesti Internasional selalu menjelek-jelekkan Indonesia,” kata Kharis Suhud.
Kepada Presiden, pimpinan yayasan itu melaporkan hasil muhibah misi kesenian dan pameran Asmat ke beberapa negara Eropa bulan Mei lalu.
Ketika menjelaskan tentang manfaat pengiriman tim kesenian yang dinamakan “Safari Bakti Asmat tahun 1989” ke Inggeris, Belanda, Belgia dan Austria, Kharis mengatakan kegiatan itu berhasil mendukung kegiatan diplomasi kebudayaan yang dilancarkan pemerintah.
“Bukan kami sendiri yang mengatakan ini kecap nomor satu. Tapi kami mendapatkan hal ini (hasil positif pengiriman rombongan, red) dari berbagai pihak,” katanya. Ia menunjuk contoh penyajian informasi bahwa pembangunan di Indonesia berlangsung di semua daerah termasuk di wilayah suku-suku terasing.
Ia menyebutkan dengan menampilkan patung Asmat dan juga seminar tentang suku ini, maka ingin diperlihatkan kepada masyarakat Eropa bahwa kesenian daerah tetap dihormati dan dilestarikan.
“Karena itu tidak betul kalau kita dituduh telah melakukan usaha-usaha untuk menghancurkan atau menghapus kebudayaan masyarakat setempat,” ucapnya.
Sambil meninggalkan ruang wartawan, Kharis membenarkan bahwa Ditjen Imigrasi telah kebobolan akibat ulah George. “Ya, ternyata kita dikerjain,” kata Mensos Haryati Subadio yang mendampingi Kharis Suhud.
Sumber : ANTARA (25/07/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 673-675.