Denpasar, 1 Oktober 1998
Kepada
Yth. Bapak H. Mohammad Soeharto
di Jakarta Pusat
BIAR SEJARAH YANG MENILAI [1]
Salam hormat,
Melalui lembaran kertas kecil ini dengan segala rasa hormat ijinkan saya selaku rakyat kecil menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan rasa kekaguman yang setulus-tulusnya atas kebesaran jiwa Bapak memimpin dan mempersatukan nusantara ini selama 32 tahun, terlepas dari kelebihan dan kekurangannya. Karena sebagai insan ciptaan Tuhan kita tidak sempurna.
Melihat kenyataan yang menimpa diri Bapak saat ini, saya benar-benar dapat merasakan apa yang Bapak rasakan. Selaku sesama insan ciptaan-Nya, hanya bisa memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, semoga Pak Harto beserta keluarga diberikan keteguhan hati dan kekuatan iman dalam menghadapi badai prahara cobaan hidup ini.
Biarlah sejarah yang menilai kemampuan Bapak.
Hanya itu yang dapat saya sampaikan, saya mohon maaf andaikata ada ucapan saya yang tidak berkenan di hati Bapak. Sekali lagi: teguhkan hatimu, kuatkan pribadimu dan serahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa. (DTS) Terima kasih.
Hormat saya,
Made Ramika & keluarga
Denpasar – Bali
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 939. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.